Thursday, November 16, 2006

Yang Terakhir

(posted in Sastra Islam)

Jay sibuk mengaduk nasi dan ikan buat si Puss, kucing kebun yang beberapa bulan belakangan akrab dengannya. Sebetulnya tadi ia sudah memberi kucing itu makan, tapi tumben si kucing minta nambah lagi. Mungkin sampah hari ini ngga ada yang bisa dimakan si Puss, pikir Jay. Andri baru keluar kamar mandi ketika melihat Jay sedang menjilati jarinya yang belepotan nasi. Sebelum masuk kamar mandi tadi, ia sempat melihat Jay mengelus badan kucing pirang itu dan menyuapkan potongan ikan ke mulut si kucing.

“Jay!! Bukannya antum lagi ngasih makan kucing??!!” seru Andri heran
“Hah!!” Jay menyaut dan diam sejenak. Sejurus kemudian dia memuntahkan nasi yang belum sempat dikunyahnya.

“Oo iya!! Masya Allah akh…ane lupa” jawab Jay nyengir sambil menepuk jidatnya. Tapi sisa-sisa nasi di jarinya menempel di dahinya itu. Andri geleng-geleng kepala melihatnya, ia mafhum kawannya yang satu ini emang kadang kelihatan rada telmi-Jay sendiri loh yang ngaku :p-. Herannya!! telmi-telmi, kemampuan Jay di akademis lumayan oke loh!! Entahlah, hidup memang diliputi misteri. baca

Pantesan antum bisa akrab sama kucing kebun itu Jay…wong makan aja sepiring berdua sama si Puss” kata Andri di teras Setelah Jay selesai memberi makan si Puss

“He he he. Ah antum bisa aja akh…ngga tau yak, ane kok gini amat sih. Daya konsentrasinya lemah, kalo dah ngelakuin hal satu, hal lain bisa kelupaan. Tapi kalau dah serius en konsen ama satu hal, ane bisa ngelarin tugas sebelum dead line loh. Nah, tadi ane kan belom sarapan, eh pas ngasih makan si Puss, ane ikut ngiler. Ha ha ha.” curhat Jay diiringi tawanya yang membuat Andri ikut tertawa.

Memang, seantero penghuni kost ini yang bisa ngelus-ngelus kucing kebun lucu itu cuma Jay aja. Begitu lihat sosok lain datang menghampiri, si kucing langsung gedubrakan lari menjauh. Mungkin hati Jay memang lembut dan benar-benar tulus menyayangi kucing pirang itu, hingga si Puss pun merasa aman dengannya. Inilah salah satu kelebihan saudaraku yang bernama lengkap Zainuddin Amru ini, anak terakhir dari lima bersaudara keturunan jawa. Jay, sesosok pemuda yang halus hatinya. Andri kadang iri atas kelembutan hati saudaranya ini. Itulah yang membuat Andri menyayangi kawan satu kostnya ini.

Akhir-akhir ini Jay agak sedih. Masalahnya si kucing dah jarang minta makan. Sering kali ia mendapati si Puss sedang asyik menggaroti-sejenis-daging di pojok tempat sampah. Hal ini sudah berlangsung selama tiga minggu ini. Yah, mungkin ekonomi para tetangganya kini membaik, jadi lebih sering belanja daging.

*****

Suatu kali, usai sholat lail Jay hendak membuang sampah bekas bungkus makanan semalam. Ketika membuka pintu belakang, ia melihat seseorang di lubang tempat sampah yang hanya sebuah galian tanah berukuran 2x1,5 meter dan dalamnya selutut orang dewasa. Ternyata sosok seorang pemulung. Seumur-umur, baru kali ini ia melihat pemulung bekerja sepagi ini.Wah wah, rupanya para tetangga pun mulai mengkonsumsi makanan kaleng, hingga mengundang pemulung itu mampir di lobang sampah belakang kostannya itu-ngarang!! husnudzon nih ceritanya:D. Bahkan pagi-pagi buta begini sudah pasang aksi. Jay salut melihatnya, semangat pemulung itu seolah menjalar ke dirinya. Ia tersenyum lebar menyambut mentari, yakin harinya bakal penuh semangat pula.

Pemulung itu kaget melihat Jay berdiri di pintu yang jaraknya enam meteran darinya. Jay tersenyum melihatnya, sesaat mereka bertatap mata. Jay kagum melihat rupa pemulung yang sekilas terlihat bersih dan agak ganteng itu terterpa sinar bohlam 15 watt. Si pemulung salah tingkah dan bergegas pergi. Uhuy! Kalah ane ama pemulung, dia aja dah rapi bersih gitu, padahal kerjanya toh membuatnya tetap kotor. Sedang ane yang anak kuliahan belum mandi. Ck…ck…ck…^_^

Paginya Jay tugas nabun* sampah. Kebetulan hari ini ngga ada jam kuliah. Jay mengumpulkan sampah yang berserakan menjadi satu titik di tengah tempat sampah itu. Saat sedang menyapu, Jay melihat sesuatu yang bergumpal menempel di sela-sela sapu lidinya. Jay membetulkan letak kacamatanya, dan memperhatikan dengan seksama, di carinya tempat asal gumpalan merah pekat itu. Kemudian tak jauh dari kakinya, ia menemukan plastik hitam kecil mengeluarkan gumpalan yang agak besar dan merah gelap basah. Ah, ini seperti jeroan ayam atau organ pencernaan tikus, pikirnya. Kebetulan ia pernah melihat tikus terlindas di jalan dan melihat bagian dalamnya. Gumpalan yang ia temukan terasa mirip di matanya, ada ususnya juga, tapi kok ini ususnya gede yak, batinnya. Oh, mungkin itu yang belakangan dimakan si Puss…pikir Jay. Lalu ia pun meneruskan pekerjaaannya.

*****

“Jay, ente besok malem nginep yak?” tanya Andri di kamar ketika melihat Jay merapikan baju ke dalam tasnya.

“Iya nih, ada tugas kelompok buat minggu depannya. Kemungkinan ane nginep dua harian deh akh.” jawab Jay.

“Yahh!! Sepi dong ane, ngga ada antum…” keluh Andri.

“Ah, dua malem aje kok….hehehe” hibur Jay meniru logat betawi. Membuat Andri tak tahan tersenyum lebar lantaran lucu mendengarnya. Jay kan logatnya masih Njawi banget, jadi agak nggak pantes meniru logat betawi yang harusnya rame.

Andri tiduran sambil memperhatikan sahabatnya itu merapikan tasnya. Beberapa menit kemudian, Jay sudah rapi.

“Pamit akh…” kata Jay lembut seperti biasanya.

“Iya…yang kenyang yak kalo makan. Ngga usah malu minta kalo laper.” ledek Andri sembari bangkit. Jay tertawa lembut kepada kawannya yang sudah ia anggap kakak sendiri itu. Tiba-tiba Jay mendekat dan mencium kening Andri sejenak. Dimatanya terlihat air bening akan jatuh dari tebing kelopak matanya.

“Jay…antum baek-baek aje kan…” tanya Andri heran. Jay memang lembut sama teman. Tapi mencium kening baru ia saksikan tadi.

“Ane pernah baca novel, di Mesir itu mencium kening bermakna cinta dan penghormatan, juga rasa sayang. Ana uhibbuka fillah akhi…” kata Jay lembut.

“Ah, antum…bener-bener deh ikhwan mesra. Ane kalo jadi akhwat, bakalan ngejar-ngejar antum Jay” canda Andri.

“Hush!! Sembarangan. Ane normal kok. Entah, ane memang begini. Tapi ane normal kok. Suerr!!” jelas Jay takut di curigai hombreng.

“Iya, ane paham…” lanjut Andri penuh pengertian.

*****

Jam menunjukkan pukul 5 sore ketika Jay sampai di depan gang rumah Handoyo, teman sekelas yang jadi partner tugasnya kali ini. Perjalanan Pondok Cabe-Depok hari ini ternyata cukup makan waktu akibat macet yang keterlaluan. Jay berjalan santai menuju rumah Hando, ketika hendak belok ke tikungan, ia terkejut oleh motor Tiger yang melintas cepat di hadapannya. Uuhh!! Nyaris saja ia tertabrak. Kepalanya reflek mengikuti perginya motor itu, Jay sempat melihat huruf di platnya. Sambil berjalan, Jay beristighfar untuk mengurangi kagetnya barusan. Tak lama ia sudah sampai di depan rumah temannya. Hando sudah menunggu disana.

Usai sholat isya, di jalan pulang dari musholla pandangan Jay terpaku ke sebuah kendaraan di seberang rumah Hando, terlebih lagi huruf di platnya sama dengan yang ia lihat tadi sore.

“Innalillahi…itu kan motor yang nyaris nabrak ane tadi” gumam Jay.

“Nabrak? Ah, dah ngga heran deh. Tuh motor emang suka maen kebut kalo jalan. Apalagi ini kan masih daerah sepi, wajar deh dia ngelenggang kencang” jawab Hando tenang.

“Ohh, gitu ya, iiih… Itu rumahnya?” lanjut Jay

“Bukan deh kayaknya. Tuh rumah, baru penghuninya. Dah hampir dua bulanan ini di tempatin” jawab Hando

“Begitu di tempatin, rumah itu kadang masih rame sampe malem. Jarang-jarang loh disini rumah masih rame sampe tengah malam. Katanya sih saudaranya suka maen kesitu” sambung Hando.

Keduanya pun lantas masuk ke dalam. Jay menoleh sejenak ke rumah ramai tapi terkesan tertutup itu. Lalu menyusul temannya ke kamar.

Malam sudah larut ketika Jay selesai membuat kerangka tulisannya. Hando sudah terlelap kecapean satu jam yang lalu. Dia beranjak ke jendela untuk menutupnya. Saat dia sudah berdiri di ambang jendela, samar-samar terlihat olehnya beberapa orang di seberang rumah Hando. Nampaknya ada yang sedang sakit, seorang wanita berjalan tertatih-tatih ditemani laki-laki yang mungkin suaminya. Wahh, repot juga ya banyak saudara, batin Jay.

Esok harinya pulang dari sholat subuh di musholla, Jay berpapasan dengan orang yang hendak naik Tiger biru di seberang rumah Hando. Pikirannya berkelana mengingat-ingat wajah familiar itu. Jay hanya tersenyum ketika pengemudi itu melihatnya. Sedangkan orang itu memasang muka dingin. Cakep euy, wajahnya terlihat kuning langsat terkena cahaya lampu jalan. Ups!! Wajah itu!!! Sama dengan pemulung di belakang rumah kostnya. Ah masa sih, pemulung punya motor keren gitu, koreksinya lagi. Bukan ah!! bisiknya sendiri. Jay sebel kalo dah mulai berpikiran engga-engga seperti ini.

*****

Siang ini Jay sudah di Cilandak,hendak pinjam buku ke rumah Fariz untuk melengkapi tugasnya. Jay menunggu Fariz di teras, dia heran melihat sesuatu yang dimakan kucing di depannya. Jay mengeong merayu kucing itu agar tak takut dan pergi. Setelah dekat, ia perhatikan seksama gumpalan merah pekat yang sedang di makan kucing itu. Jay teringat daging yang sering dimakan si Puss belakangan ini. Mirip banget! Batin Jay heran.

Jay menyetop angkot yang di naikinya. Baru saja kaki kirinya menginjak aspal, dari arah belakang motor Tiger melintas cepat di depannya. Kepalanya yang sudah terjulur keluar terantuk benda panjang yang dibawa penumpang motor itu. Jay segera berpegang pintu mobil, penumpang lain memekik ngeri. Jay menguatkan pijakannya, lalu membayar ongkos. Sebenarnya pak supir menolak, tapi Jay lebih ngotot bayar. Ia segera menepi. Jay kemudian di antar tukang ojek depan jalan yang masih tetangganya menuju kost.

Anak kostan geger melihat Jay pulang dengan kepala berdarah. Segera masing-masing memberi P3K. Ada yang membawa kapas, betadine, plester, rephanol sampe balsem-emangnya keseleo mas ^_^.

“Innalillahi Jay, gimana ceritanya bisa begini” tanya Andri sedih. Luka di pelipis kiri Jay lumayan serem untuk di pelototin.

“Yah, musibah akh. Ane turun kurang hati-hati mungkin. Jadi keserempet motor lewat.” Jawab Jay pelan. Ia sempat melihat, tadi yang menyerempetnya adalah Tiger biru seperti yang kemarin. Ah, motor seperti itu kan banyak… kata hatinya menghibur diri.

*****

Pondok Cabe Oktober kali ini berduka. Si puss mengeong lapar. Mata seisi kost sembab. Semua terisak menyaksikan berita hari ini.

“Sebuah kasus aborsi terungkap, setelah kaki tangan klinik yang bertugas membuang mayat janin tertangkap karena membunuh seorang pemuda yang dianggap mengetahui praktek mereka. Korban adalah seorang mahasiswa yang sedang membeli obat untuk luka yang disebabkan percobaan pembunuhan sebelumnya.” kata seorang presenter mengawali berita.

“Saya pernah kepergok pas buang cincangan janin di tempat sampah belakang rumahnya. Waktu di rumah bidan Nilam juga pernah pas-pasan, saya kira dia sudah tahu” aku seorang pemuda berwajah dingin yang sedang di interogasi itu.

“Saya dan teman membuntuti dia, kita rencana bunuh sebelum dia lapor ke polisi. Usaha yang pertama gagal, akhirnya kita habisi pas dia lagi keluar sendirian” lanjutnya.

Andri tak tahan melihat acara itu. Segera ia lari ke kamar. Duduk terdiam sendiri.

“ya Allah, Jay…coba waktu itu ane yang beliin ente obat di apotik. Rupanya ciuman itu, tanda kepergianmu…” gumam sesalnya

“Ane pernah baca novel, di Mesir itu mencium kening bermakna cinta dan penghormatan, juga rasa sayang. Ana uhibbuka fillah akhi…” kata-kata Jay masih terngiang di benaknya.

* = membakar

No comments: