Tuesday, November 28, 2006

Pilkada DKI, Koalisi Setengah Matang Hadang PKS

(posted in opini)

Agenda pemilihan kepala daerah (pilkada) memang memerlukan persiapan panjang. Maka, meski pelaksanaan pilkada DKI Jakarta masih Juni 2007 nanti, partai-partai politik sudah pasang kuda-kuda. PDI Perjuangan mengambil inisiatif lebih dulu. Ahad dua pekan lalu, markas Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDI Perjuangan DKI di Jalan Tebet Raya menjadi tuan rumah dialog politik bertajuk "Menyongsong Jakarta Masa Depan".

Gubernur Sutiyoso tampil jadi pembicara bersama anggota Komisi I DPR-RI dari PDI Perjuangan, Effendi Simbolon. Acara yang berlangsung selama tiga jam itu banyak membicarakan konsep pembangunan Jakarta era Sutiyoso.

Meski formatnya dialog, bukan rahasia lagi, lewat forum ini PDI Perjuangan ingin menyiapkan bibit koalisi menyongsong pilkada DKI 2007. baca Bertindak sebagai tuan rumah adalah Ketua PDI Perjuangan DKI, Agung Imam Sumanto. Ia menjamu Ketua Partai Demokrat DKI Ferrial Sofyan, Ketua Partai Persatuan Pembangunan (PPP) DKI Chudlary Syafi'i Khazami, Ketua Partai Damai Sejahtera (PDS) DKI Constant Punggawa, dan Nursyahbani Katjasungkana dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Tokoh Senior PDI Perjuangan, M. Taufiq Kiemas, ikut hadir.

Yang absen adalah utusan Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Bintang Reformasi (PBR). Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tak diundang karena telah punya calon tetap: Wakil Kapolri Komisaris Jenderal Adang Daradjatun.

Bahwa pertemuan tersebut merupakan upaya penyemaian koalisi, itu diakui Sekretaris PDI Perjuangan DKI, Eriko Votarduga. "Ini penjajakan koalisi lima partai," ujarnya kepada Gatra. Menurut dia, lobi-lobi yang mengarah pada koalisi politik sudah berjalan, tapi keputusannya masih jauh. "Ini baru koalisi moral. Namun kami sangat intensif mengomunikasikannya," ia menambahkan. Disebut koalisi moral, karena internal partai-partai masih menunggu lampu hijau dari DPP masing-masing. "Setelah kebijakannya selesai, baru dibentuk koalisi politik," katanya.

Ide koalisi itu, kata Eriko, merupakan penyikapan atas perkembangan menjelang pilkada. Agendanya, karena mengarah ke koalisi politik, semestinya disiapkan pula kontrak politik. "Sejauh ini, baru komitmennya dulu," ujarnya. Meskipun koalisi ini masih taraf penjajakan, menurut Eriko, kepentingan yang sama akan menyatukan partai-partai peserta.

Selain menghadirkan para ketua partai di DKI, pada acara tersebut hadir pula para calon gubernur yang telah mendaftarkan diri ke PDI Perjuangan. Mereka adalah Agum Gumelar, Bibit Waluyo (mantan Pangdam Jaya), Faisal Basri (ekonom), Edi Waluyo (mantan Ketua DPRD DKI), Sarwono Kusumaatmadja, dan Fauzi Bowo (Wakil Gubernur DKI). Mereka tak menyampaikan visi atau misi, hanya berdialog dengan Sutiyoso tentang rencana umum Jakarta sebagai kota megalopolitan.

Jauh-jauh hari, partai-partai politik memang tampak beradu strategi memperebutkan 7,5 juta pemegang hak pilih Jakarta. Namun pertemuan tersebut sulit dimungkiri merupakan upaya bersama menghadang laju PKS. Meski indikasinya kuat, tuan rumah menolak disebut begitu. "Kalau orang berpikir begitu, ya, boleh-boleh saja," kata Eriko pula.

PKS merupakan peraih suara terbanyak pada Pemilu 2004, dengan perolehan 18 kursi di DPRD. Dengan bekal jumlah kursi terbanyak dan massa yang solid, partai berbasis Islam itu jelas membuat lawan-lawannya berhitung cermat.

Mengacu pada hasil pemilu lalu, sembilan partai punya kursi di DPRD DKI. Tapi hanya tiga di antaranya yang dapat memajukan calonnya sendiri, dengan persyaratan 15% kursi di dewan atau 15% suara perolehan. Mereka adalah PKS (18 kursi), Demokrat (16 kursi), dan PDI Perjuangan (11 kursi). Partai lain mengantongi jumlah kursi minim. Golkar (7 kursi), PDS (4 kursi), PPP (7 kursi), PAN (6 kursi), PKB (4 kursi), dan PBR (2 kursi).

Dengan komposisi seperti itu, kemungkinan akan menghasilkan maksimal lima pasang calon. Selain calon dari tiga partai besar tersebut, dua calon lain adalah dari koalisi Golkar-PDS dan koalisi partai sisanya. Apabila masing-masing partai besar mencalonkan jagonya sendiri, di atas kertas peluang kemenangan terbesar ada pada PKS. Itu karena koalisi terakhir partai-partai gurem akan rentan sekali dipecah.

Hitungan inilah yang memaksa partai-partai non-PKS segera mengambil langkah antisipasi. "Koalisi tetap akan menghasilkan suara lebih besar," kata Ketua DPD Partai Demokrat DKI, Ferrial Sofyan. Pihaknya mengaku sangat terbuka dengan koalisi. "Tidak ada ruginya. Enam belas kursi tetap lebih kecil daripada 27 kursi," katanya. Meski mengantongi 16 kursi pada pemilu lalu, Demokrat tak mau cepat-cepat memunculkan calonnya sendiri.

Sejauh ini, partai-partai masih berniat mengajukan calon masing-masing. Apabila koalisi terbentuk, calon-calon yang ada dikocok ulang. Menurut sumber Gatra, PDI Perjuangan akan mengincar pos khusus calon gubernur. Wakilnya akan diserahkan ke partai lain. "Karena PDI Perjuangan merasa lebih mumpuni dalam pertarungan pilkada DKI," ujar sumber Gatra itu. Konsep koalisi agaknya akan mulus. Hanya saja, katanya, penentuan figur calon akan sangat keras.

Sejauh ini, nama yang dimunculkan partai-partai memang masih berubah-ubah. Sebagian nama calon masih bertaut antara satu partai dan partai lainnya. Partai Demokrat malah baru akan menetapkannya akhir November mendatang. Dan masih akan mengocoknya lagi hingga Januari tahun depan. Sementara ini, yang sudah bergulir sebagai calon dari Partai Demokrat adalah Sarwono Kusumaatmadja, Agum Gumelar, dan Fauzi Bowo. Tak beda jauh dari PDI Perjuangan.

Menghadapi koalisi ini, PKS tak tampak gentar. "Kalau mereka koalisi, kami juga mengarah ke situ," kata Ketua PKS DKI Jakarta, Triwisaksana. Menurut dia, PKS tengah melakukan pembicaraan intensif dengan empat partai lain dengan jumlah kursi yang signifikan. Namun ia menolak menyebut nama-nama partai itu. Yang jelas, jumlah kursinya lebih dari jumlah kursi PDI Perjuangan-Demokrat.

PKS, katanya, berupaya keras menambah dukungan dengan membuat kesepakatan dengan partai lain. "Tak ada cara lain. Inilah yang harus dilakukan menghadapi koalisi pesaing," katanya.

Tak lupa ia mengingatkan, pendekatan langsung ke masyarakat lebih penting. "Karena pilkada mendatang merupakan pilihan langsung," ujarnya. Menurut hitungan dia, apabila empat partai dapat dirangkul oleh PKS, koalisi yang dibentuk lawan akan kocar-kacir. Selain itu, figur calon juga membawa pengaruh besar.

Ia mengaku siap melakukan kontrak politik dengan partai lain. "Itu jauh lebih strategis mencapai tujuan bersama," katanya. Namun ia yakin, PKS juga akan mengambil jatah calon wakil gubernur yang bakal mendampingi Adang Daradjatun. "Karena Adang bukan kader sendiri, perlu pendamping dari jajaran kader," tuturnya. Sejauh ini, sejumlah nama telah dimunculkan, antara lain Menteri Pemuda dan Olahraga Adhyaksa Dault.

Menghadapi peta koalisi yang masih remang, para calon gubernur tampaknya harus sabar. "Saya akan mengikuti perkembangannya," kata Sarwono Kusumaatmadja, yang anggota Dewan Perwakilan Daerah dari DKI itu. Menurut dia, koalisi ini positif karena akan mendongkrak peluangnya memenangkan pilkada. Apakah model ini memerlukan "gizi" lebih banyak? "Sepertinya tidak. Sejauh ini belum ada kabar yang begitu," katanya kalem.

Wacana koalisi tampaknya makin nyata. Menyusul pertemuan Tebet, PDI Perjuangan kembali menggelar silaturahmi lima partai politik tersebut, akhir bulan ini. "Ide ini akan kami matangkan lagi. Tempatnya mungkin di PRJ Kemayoran," kara Eriko. Sejauh ini, gagasan itu memang masih setengah matang. (Gatra.com/Mujib Rahman/231106)

No comments: