Sunday, December 17, 2006

Prestasi Olahraga dan Olimpiade Korupsi, Sebuah Kritik

(posted in thumuhat)


Setelah ribut-ribut soal helipad kebanggaan orang Bogor, video mesum orang golkar, polemic poligami, dan pilkada Aceh yang dimenangi orang-orang GAM, kini perhatian beralih ke Asian Games di Doha, Qatar. Orang Indonesia ada di bawah orang Korea Utara dan Mongolia.

Dalam daftar perolehan medali sampai hari Kamis (14/12), Indonesia berada di urutan ke-21 dengan 2 emas, 2 perak, dan 12 perunggu. Korea Utara (Korut) ada di peringkat 16 (5-8-14), sementara Mongolia di urutan ke-20 (2-5-7).

Walau negara mungil, Korut boleh menyombongkan diri karena sudah menguji coba senjata nuklir. Indonesia bangsa besar yang malas berpikir. baca

Berkat pembinaan ala kadarnya yang terencana, atlet-atlet Korut mampu berbicara di berbagai ajang dunia. Pemimpin Indonesia hanya besar dalam soal wacana, rakyatnya bonék semua, dan sebagian pengurus olahraganya mendekam di penjara.

Penduduk Korut 23 juta jiwa, produk domestik bruto (PDB) 40 miliar dollar AS, dan nyaris tak ada utang luar negeri. GDP Indonesia terendah diasia tenggara,berhutang 977,4 miliar dollar AS, penduduknya seperlima miliar jiwa, dan para pemimpinnya gemar berkunjung ke luar negeri.

Olahragawan Korut terbiasa hidup spartan. Pengurus olahraga Indonesia suka menyunat dana pembinaan sehingga kondisi ekonomi atlet pas-pasan.

Luas Korut 120.000 kilometer persegi atau 1/16 dari wilayah Indonesia yang 1,9 juta kilometer persegi. Mereka menepuk dada karena memenangi Perang Korea, kita bangga menyerbu saudara yang berbeda atribut sekolahan.

Atlet Mongolia hebat di cabang berkuda karena dulu mempunyai Gengis Khan yang menaklukkan sebagian besar wilayah Asia. Indonesia kini dikenal sebagai "orang sakit dari Asia".

Kita juga sudah sering dipecundangi Vietnam, negara yang ibarat anak balita yang baru belajar berjalan. Kita bangsa cepat tua sebelum matang untuk menjadi orangtua.

Untuk mengobati kekecewaan Anda, Jakarta jadi tuan rumah 2010 Corruption Olympic Games, lomba korupsi yang pertama dalam sejarah. PBB, Uni Eropa, dan ASEAN sepakat Jakarta jadi penyelenggara karena reputasi korupsi kita.

Indonesia dinilai cocok jadi tuan rumah karena korupsi di sini sudah jadi budaya. Apalagi harga pemimpinnya dianggap murah dan situasi Jakarta kacau-balau karena setiap orang—mulai dari gubernur sampai gembel—bertindak sesuka hati.

Olimpiade Korupsi diselenggarakan Indonesian Quarter-Jakarta Organising National Group On Corruption Olympic Committee. Kalau disingkat jadi IQ-JONGCOC alias "aikyu jongkok."

Tema olimpiade bersejarah ini "Together We Can". Apakah bisa diterjemahkan menjadi "Semua Bisa Diatur" atau "Bersama Kita Bisa", itu terserah Anda.

Olimpiade mengenal nomor lari, lempar-lontar, dan loncat. Olimpiade korupsi mempertandingkan nomor Buronan Lari, Lempar Kesalahan, dan Kutu Loncat.

Emas Buronan Lari direbut Freeport, emas Lempar Kesalahan digaet yang terlibat "VoucherGate" . Emas Kutu Loncat untuk Lapindo, kasus lumpur panas yang sekarang pembiayaannya ditanggung negara.

Olimpiade mengenal loncat indah, di Olimpiade Korupsi ada pada Kasus Blok Cepu. Sekali datang menteri luar negri AS, Rise, ke Indonesia, loncatlah segera kepemilikian cepu dari rakyat kepada Exxon mobil USA.

Di olimpiade diperlombakan banyak nomor bela diri. Di Olimpiade Korupsi emas nomor Bela Diri diperoleh Mantan Menteri Kelautan direbut Indonesia, dengan beramai-ramai para anggota DPR dan para politisi menjadi penjamin Rahmin Duari.

Indonesia menyapu bersih emas dua cabang unggulan cabang bola, yakni Sepak Rakyat dan Pingpong Birokrasi. Tim Sepak Rakyat terdiri dari para pejabat daerah yang menggusur perumahan, termasuk sutiyoso yang menggusur pedagang tanah abang, sedangkan tim Pingpong Birokrasi diperkuat lurah, camat, sampai bupati dan para birokrat lainnya.

Pendek kata, Indonesia diprediksi menjadi juara umum karena merebut semua medali emas. Bangga rasanya melihat Merah Putih berkibar dan Indonesia Raya berkumandang di berbagai arena.

Merdeka! Ah, belum.

Read More......

Saturday, December 16, 2006

Mengelola Ketidaksetujuan Terhadap Hasil Syuro

(posted in tarbawiyat)


Rasanya perbincangan kita tentang syuro tidak akan lengkap tanpa rnembahas masalah yang satu ini. Apa yang harus kita lakukan seandainya tidak menyetujui hasil syuro? Bagaimana "mengelola" ketidaksetujuan itu?

Kenyataan seperti ini akan kita temukan dalam perjalanan dakwah dan pergerakan kita. Dan itu lumrah saja. Karena, merupakan implikasi dari fakta yang lebih besar, yaitu adanya perbedaan pendapat yang menjadi ciri kehidupan majemuk. Kita semua hadir dan berpartisipasi dalam dakwah ini dengan latar belakang sosial dan keluarga yang berbeda, tingkat pengetahuan yang berbeda, tingkat kematangan tarbawi yang berbeda. baca

Walaupun proses tarbawi berusaha menyamakan cara berpikir kita sebagai dai dengan meletakkan manhaj dakwah yang jelas, namun dinamika personal, organisasi, dan lingkungan strategis dakwah tetap saja akan menyisakan celah bagi semua kemungkinan perbedaan. Di sinilah kita memperoleh "pengalaman keikhlasan" yang baru. Tunduk dan patuh pada sesuatu yang tidak kita setujui.

Dan, taat dalam keadaan terpaksa bukanlah pekerjaan mudah. Itulah cobaan keikhlasan yang paling berat di sepanjang jalan dakwah dan dalam keseluruhan pengalaman spiritual kita sebagai dai. Banyak yang berguguran dari jalan dakwah, salah satunya karena mereka gagal mengelola ketidaksetujuannya terhadap hasil syuro.Jadi, apa yang harus kita lakukan seandainya suatu saat kita menjalani "pengalaman keikhlasan" seperti itu?

Pertama, marilah kita bertanya kembali kepada diri kita, apakah pendapat kita telah terbentuk melalui suatu "upaya ilmiah" seperti kajian perenungan, pengalaman lapangan yang mendalam sehingga kita punya landasan yang kuat untuk mempertahankannya? Kita harus membedakan secara ketat antara pendapat yang lahir dari proses ilmiah yang sistematis dengan pendapat yane sebenamya merupakan sekedar "lintasan pikiran" yangmuncul dalam benak kita selama rapat berlangsung.

Seadainya pendapat kita hanya sekedar lintasan pikiran, sebaiknya hindari untuk berpendapat atau hanya untuk sekedar berbicara dalam syuro. Itu kebiasaan yang buruk dalam syuro. Namun, ngotot atas dasar lintasan pikiran adalah kebiasaan yang jauh lebih buruk. Alangkah menyedihkannya menyaksikan para duat yang ngotot mempertahankan pendapatnya tanpa landasan ilmiah yang kokoh. Tapi, seandainya pendapat kita terbangun melalui proses ilmiah yang intens dan sistematis, mari kita belajar tawadhu. Karena, kaidah yang diwariskan para ulama kepada kita mengatakan, "Pendapat kita memang benar, tapi mungkin salah. Dan pendapat mereka memang salah, tapi mungkin benar."

Kedua, marilah kita bertanya secara jujur kepada diri kita sendiri, apakah pendapat yang kita bela itu merupakan "kebenaran objektif" atau sebenarnya ada "obsesi jiwa" tertentu di dalam diri kita, yang kita sadari atau tidak kita sadari, mendorong kita untuk "ngotot"? Misalnya, ketika kita merasakan perbedaan pendapat sebagai suatu persaingan. Sehingga, ketika pendapat kita ditolak, kita merasakannya sebagai kekalahan. Jadi, yang kita bela adalah "obsesi jiwa" kita. Bukan kebenaran objektif, walaupun —karena faktor setan— kita mengatakannya demikian.

Bila yang kita bela memang obsesi jiwa, kita harus segera berhenti memenangkan gengsi dan hawa nafsu. Segera bertaubat kepada Allah swt. Sebab, itu adalah jebakan setan yang boleh jadi akan mengantar kita kepada pembangkangan dan kemaksiatan. Tapi, seadainya yang kita bela adalah kebenaran objektif dan yakin bahwa kita terbebas dari segala bentuk obsesi jiwa semacam itu, kita harus yakin, syuro pun membela hal yang sama. Sebab, berlaku sabda Rasulullah saw., "Umatku ddak akan pernah bersepakat atas suatu kesesatan." Dengan begitu kita menjadi lega dan tidak perlu ngotot mempertahankan pendapat pribadi kita.

Ketiga, seandainya kita tetap percaya bahwa pendapat kita lebih benar dan pendapat umum yang kemudian menjadi keputusan syuro lebih lemah atau bahkan pilihan yang salah, hendaklah kita percaya mempertahankan kesatuan dan keutuhan shaff jamaah dakwah jauh lebih utama dan lebih penting dari pada sekadar memenangkan sebuah pendapat yang boleh jadi memang lebih benar. Karena, berkah dan pertolongan hanya turun kepada jamaah yang bersatu padu dan utuh. Kesatuan dan keutuhan shaff jamaah bahkan jauh lebih penting dari kemenangan yang kita raih dalam peperangan. Jadi, seandainya kita kalah perang tapi tetap bersatu, itu jauh lebih baik daripada kita menang tapi kernudian bercerai berai. Persaudaraan adalah karunia Allah yang tidak tertandingi setelah iman kepada-Nya.

Seadainya kemudian pilihan syuro itu memang terbukti salah, dengan kesatuan dan keutuhan shaff dakwah, Allah swt. dengan mudah akan mengurangi darnpak negatif dari kesalahan itu. Baik dengan mengurangi tingkat resikonya atau menciptakan kesadaran kolektif yang baru yang mungkin tidak akan pernah tercapai tanpa pengalaman salah seperti itu. Bisa juga berupa mengubah jalan peristiwa kehidupan sehingga muncul situasi baru yang memungkinkan pilihan syuro itu ditinggalkan dengan cara yang logis, tepat waktu, dan tanpa resiko. Itulah hikmah Allah swt. sekaligus merupakan satu dari sekian banyak rahasia ilmu-Nya. Dengan begitu, hati kita menjadi lapang menerima pilihan syuro karena hikmah tertentu yang mungkin hanya akan muncul setelah berialunya waktu. Dan, alangkah tepatnya sang waktu mengajarkan kita panorama hikmah Ilahi di sepanjang pengalaman dakwah kita.

Keempat, sesungguhnya dalam ketidaksetujuan itu kita belajar tentang begitu banyak makna imaniyah: tentang makna keikhlasan yang tidak terbatas, tentang makna tajarrud dari semua hawa nafsu, tentang rnakna ukhuwwah dan persatuan, tentang makna tawadhu dan kerendahan hati, tentang cara rnenempatkan diri yang tepat dalam kehidupan berjamaah, tentang cara kita memandang diri kita dan orang lain secara tepat, tentang makna tradisi ilmiah yang kokoh dan kelapangan dada yang tidak terbatas, tentang makna keterbatasan ilmu kita di hadapan ilmu Allah swt yang tidak terbatas, tentang makna tsiqoh kepada jamaah.

Jangan pernah merasa lebih besar dari jamaah atau merasa lebih cerdas dari kebanyakan orang. Tapi, kita harus memperkokoh tradisi ilmiah kita. Memperkokoh tradisi pemikiran dan perenungan yang mendalam. Dan pada waktu yang sama, memperkuat daya tampung hati kita terhadap beban perbedaan, memperkokoh kelapangan dada kita, dan kerendahan hati terhadap begitu banyak ilmu dan rahasia serta hikmah Allah swt. yang mungkin belum tampak di depan kita atau tersembunyi di hari-hari yang akan datang.

Perbedaan adalah sumber kekayaan dalam kehidupan berjamaah. Mereka yang tidak bisa menikmati perbedaan itu dengan cara yang benar akan kehilangan banyak sumber kekayaan. Dalam ketidaksetujuan itu sebuah rahasia kepribadian akan tampak ke permukaan: apakah kita matang secara tarbawi atau tidak ? (Ust. Anis Matta/menikmati demokrasi)

Read More......

Friday, December 15, 2006

Angin Puting Beliung Landa Lamongan, PKS Turunkan Puluhan Relawan

(posted in sekilas info)


Lamongan - DPD PKS Lamongan terjunkan relawan untuk membantu para korban angin puting beliung yang terjadi di Desa Madulegi Kec. Sukodadi (10/12). Sebagian besar korban adalah kader dan simpatisan PK Sejahtera.

DPD PKS Lamongan terjunkan relawan untuk membantu para korban angin putting beliung yang terjadi di Desa Madulegi Kec. Sukodadi (10/12).

Para relawan yang berjumlah 32 orang itu, mendirikan Pos Penanggulangan Bencana (P2B). Para relawan juga membantu warga mendirikan tempat untuk tempat berteduh sementara, membersihkan puing-puing dan membantu menangani luka-luka. baca

Apa yang dilakukan tim P2B ini, disambut baik oleh masyarakat dan aparat setempat seperti pemerintah desa, koramil, kecamatan, dan bupati.

Angin puting beliung terjadi pada pukul 16.30 WIB - 17.00 WIB. Akibatnya, 19 rumah rusak berat dan rata dengan tanah, 170 rumah rusak ringan, Dua gedung SD, sebuah masjid, dan penggilingan padi juga ikut rusak. Kerusakan yang paling berat terjadi di dusun Cuping. Tidak ada korban jiwa, hanya ada korban luka ringan. Pada pukul 16.30, terjadi hujan deras disertai angin kencang dan petir. Sekitar 10 menit kemudian, angin bergulung-gulung dari arah barat daya ke arah utara kemudian ke barat laut terus ke selatan.

Sebagian besar korban angin tersebut adalah kader dan simpatisan PK Sejahtera. Diantaranya adalah Supriyanto Helmy Tanjung (MPW), Sri Lestari, Nasihun Amin (Anggota Dewan Syariah Daerah), Ellis Kurnia Utami, Hendri Ikhfadi (Ketua DPC Sukodadi/Humas DPD), Samuji. Dari 19 rumah yang rusak berat, 17 diantaranya adalah rumah kader dan simpatisan yang sudah mengikuti ta'lim tarbawi. Salah seorang diantaranya adalah ketua Ranting DPRa Madulegi yaitu Kasdai dan Sekretaris DPC Sukodadi. (pk-sejahtera.org/121206)

Read More......

Thursday, December 14, 2006

Pendapat Politisi PKS : Tertibkan Prostitusi, Bukan "Larang" Poligami

(posted in sekilas info)


Medan - Seorang politisi dari PKS meminta pemerintah tidak latah "melarang" poligami (dengan memperketat aturannya), namun lebih fokus pada upaya penertiban praktik prostitusi yang kian hari semakin merajalela hampir di setiap pelosok negeri ini.

"Daripada 'melarang' yang dihalalkan agama, lebih baik pemerintah memberantas prostitusi yang jelas-jelas diharamkan agama," ujar anggota Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPRD Kota Medan, Dhiyaul Hayati, di Medan, Jumat.

Wakil Ketua Komisi B DPRD Kota Medan itu menambahkan, poligami seharusnya tidak dijadikan titik perhatian jika pemerintah memang ingin menunjukkan kepeduliannya terhadap nasib kaum perempuan. baca

Alasannya, pelecehan atau bahkan penindasan terhadap hak-hak kaum perempuan itu justru terjadi di "arena" prostitusi, bukan dalam konteks poligami yang jika dilaksanakan sesuai ajaran Islam justru ditujukan untuk kemaslahatan kaum hawa.

Lebih jauh Dhiyaul menilai isu poligami yang dimunculkan pemerintah sekaitan dengan rencana revisi terhadap Peraturan Pemerintah (PP) No. 10 Tahun 1983 hanya sebagai wacana yang sengaja dicuatkan untuk mengalihkan perhatian masyarakat dari berbagai persoalan krusial yang saat ini tengah melanda negeri ini.

Ia juga mengaku sangat menyayangkan sikap pemerintah yang justru lebih mengaitkan poligami dengan isu-isu hak asasi perempuan, bukannya praktik prostitusi atau bahkan perselingkuhan yang secara jelas dan nyata menempatkan derajat perempuan berada pada titik terendah.

"Seharusnya bukan isu poligami yang menjadi sentra perhatian pemerintah, melainkan banyak persoalan lain seperti permasalahan lumpur panas di Sidoarjo, kasus `trafficking` (perdagangan manusia, red), dan sederetan permasalahan lain yang hingga kini belum tuntas-tuntas, " ujarnya.

Pada kesempatan itu ia juga sangat menyesalkan arogansi pemerintah yang terkesan terlalu kentara hendak mengintervensi kebebasan hak asasi masing-masing individu. Secara tegas ia menyatakan bahwa sebagai perempuan dirinya sangat menentang larangan bagi kaum laki-laki untuk berpoligami.

"Kalau saja poligami dipraktiknya sesuai ajaran Islam, yakni tidak sebatas untuk pemenuhan kebutuhan biologis, dan si laki-laki secara ekonomi mampu menafkahi secara lahir dan bathin dua, tiga atau empat istrinya secara berkeadilan, kenapa itu harus dilarang," tegasnya.

Ia bahkan meyakini, penerapan konsep poligami secara benar sesuai ajaran Islam akan memberi kontribusi yang berarti bagi kemaslahatan negeri ini, terutama dalam menekan angka prostitusi terselubung yang semakin marak dan terjadi di depan mata sendiri.

"Seharusnya yang menjadi target pemerintah itu bukan pelarangan berpoligami, melainkan bagaimana caranya menyiasati agar tempat-tempat maksiat (prostitusi) dapat diminimalisir jumlahnya atau kalau perlu dikeluarkan kebijakan baru yang melarang tempat-tempat prostitusi beroperasi," ujarnya. (gatra.com/081206)

Read More......

Wednesday, December 13, 2006

Kawal Moral Kader, Partai Sebaiknya Punya BK

(posted in sekilas info)


Jakarta - Terbongkarnya kasus video mesum anggota DPR YZ dengan pedangdut ME sepatutnya menjadi pelajaran bagi partai-partai politik lainnya. Sudah saatnya partai politik memiliki badan kehormatan (BK) untuk mengawal moral dan perilaku anggotanya.

"Sudah saatnya partai-partai memiliki semacam badan kehormatan untuk mengawal para anggotanya, khususnya mereka yang menduduki jabatan publik agar tidak terjadi penyimpangan moral, etis, maupun hukum," cetus anggota Komisi III DPR Mutammimul 'Ula saat berbincang dengan detikcom, Senin (11/12/2006). baca

Politisi PKS ini menjelaskan, keberadaan badan kehormatan dimaksudkan untuk mencegah delegitimasi partai sebagai pilar utama demokrasi. Menurut dia, aturan ini sebaiknya dimasukkan ke dalam revisi UU partai politik yang saat ini masih digodok di DPR.

Selama ini, dia berpendapat, penyimpangan yang dilakukan kalangan politisi terjadi karena adanya keistimewaan yang besar yang dimiliki pejabat publik.

"Pada saat yang sama kontrol internal dan lingkungannya lemah," imbuh dia.(detik.com/111206)

Read More......

Tuesday, December 12, 2006

Rumah Tangga Samara

(posted in Baiti Jannati)


Sakinah, mawaddah wa rahmah (Samara) adalah seuntai kata yang didamba setiap keluarga. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang melangkah membangun mahligai perkawinan tanpa mengharapkan terwujudnya ketenteraman, cinta dan kasih sayang dalam rumah tangganya kelak. Maka demi harapan itu pulalah orang berlomba mencarinya dengan visi dan persepsinya masing-masing.

Ada yang beranggapan bahwa samara akan diperoleh apabila terpenuhinya aspek material, sehingga mereka berlomba mencarinya dalam rumah-rumah megah, dalam mobil-mobil mewah atau dalam tumpukan harta yang melimpah. Sementara yang lain mengira bahwa samara ini hanya akan terwujud dengan lantunan dzikir dan untaian do'a yang tak kenal lelah, sehingga mereka tak jemu menunggunya dengan hanya bermunajat di dalam rumah. baca

Namun ternyata mereka tidak mendapatkan samara di dalam itu semua. Kalaupun terkadang muncul perasaan bahagia, kebahagiaan itu dirasakan semu belaka. Sebab rasa bahagia, sedih, tenang, gelisah, tenteram, galau, cinta dan kasih sayang, itu semua terletak di di dalam kalbu.

Kalbu adalah tempat bersemayamnya perasaan sakinah, mawaddah wa rahmah. Oleh karenanya, untuk mendapatkan samara, setiap pasangan perlu melakukan pra-kondisi terhadap kalbu agar siap menerima kehadirannya. Tanpa pengondisian hati atau kalbu, niscaya ia tidak mendapatkannya sama sekali.

Resep Rumah Tangga Samara

Apabila setiap pasangan menginginkan terbentuknya rumah tangga yang penuh dengan nuansa sakinah, mawaddah dan rahmah, maka ia perlu mengikuti resep yang diberikan Allah swt dalam untaian ayat-Nya berikut ini:

"Di antara tanda- tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untukmu pasangan dari jenismu sendiri, sehingga kamu merasa tenteram (sakinah) dengannya, dan dijadikan-Nya diantara kalian rasa cinta dan kasih sayang (mawaddah wa rahmah). Dan di dalam itu semua terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir". (QS. Ar-Ruum:21).

Ayat ini menarik, sebab bukan saja mengandung tuntutan normatif, tetapi juga sekaligus merupakan tuntunan metodologis dalam mewujudkan rumah tangga yang sakinah, mawaddah wa rahmah.

Ayat ini memberikan sebuah pelajaran, bahwa untuk mendapatkan samara setiap muslim harus mengikuti rumusan Rabbaniyah, yaitu: zawaj ---> sakinah ---> Mawaddah wa rahmah. Maksudnya, sakinah yang bersifat thabi'i itu hendaknya dicari di dalam, atau setelah zawaj (pernikahan) , bukannya di luar pernikahan. Karena itu Islam tidak mengenal konsep pacaran atau perselingkuhan. Sehingga mahligai rumah tangga terjaga kebersihan dan kesuciannya. Dengan demikian, barulah Allah swt. menganugerahkan mawaddah dan rahmah-Nya kepada pasangan ini. Sebab, pemberian mawaddah dan rahmah ini adalah hak prerogatif Allah, dan merupakan kado istimewa yang hanya diberikan Allah swt. kepada rumah tangga yang diridloi-Nya.

Formulasi inilah yang disebut dengan resep taqwa. Artinya, rumah tangga samara hanya bisa terwujud apabila para pelakunya tetap berada dalam bingkai taqwa, bingkai ketaatan kepada tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Dan taqwa itu letaknya di hati, sebagaimana sabda Rasulullah: "At-taqwa ha huna" (taqwa itu letaknya di sini, sambil menunjuk dadanya). Dan hati yang akan dianugerahi samara oleh Allah , hanyalah hati yang telah ter-shibghah oleh nilai-nilai taqwa.

Antara Taqwa dan Samara

Dalam setiap khutbah nikah, Rasulullah saw. selalu membaca rangkaian dari tiga ayat Al-Qur'an yang begitu padat berisi pesan-pesan untuk menggapai kesuksesan berumah tangga. Di dalam kesuksesan ini tentu terkandung nilai-nilai sakinah, mawaddah wa rahmah.

"Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa kepada-Nya, dan janganlan kalian sekali-kali mati melainkan dalam keadaan muslim (tunduk dan patuh)". (Qs. Ali Imran:102).

"Wahai sekalian manusia bertaqwalah kepada Rabb mu yang telah menciptakan kalian dari seorang diri, dan darinya Allah menciptakan pasangannya, dan dari keduanya Allah memberikan keturunan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (menggunakan) nama-Nya kalian saling meminta satu sama lain , dan (peliharalah) hubungan kasih sayang. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kalian". (Qs. An-nisa:1).

"Wahai orang-orang yang beriman , bertaqwalah kalian kepada Allah, dan berkatalah dengan perkataan yang benar, niscaya Allah meningkatkan kualitas amalan-amalan kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. Dan barang siapa menta'ati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan (kesuksesan) yang besar". (Qs. Al-Ahzab: 70-71).

Rangkaian ayat-ayat diatas merupakan paradigma dalam membentuk rumah tangga samara. Ketiga ayat tersebut sarat muatan taqwa. Tidak mungkin sebuah rumah tangga mendapatkan samara, kecuali apabila sejak awal proses pernikahannya (bahkan proses pra nikah) hingga mendapatkan keturunan, selalu berjalan di atas rel taqwa.

Dalam Surat Ali Imran ayat 102, terkandung pesan hendaknya setiap mu'min, khususnya yang berniat membangun rumah tangga, mengokohkan kembali status keimanannya. Bahkan meningkatkan kualitasnya hingga mencapai derajat taqwa yang sebenarnya. Persiapan ini diperlukan bukan saja hanya untuk melaksanakan sunnah Nabi tersebut, tetapi juga untuk menjalankan proses pernikahan yang sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Sekaligus untuk menjaga kesucian ibadah.

Di surat An-Nisa ayat pertama, mengandung pesan yang lebih khusus mengenai tuntutan sekaligus tuntunan membina rumah tangga samara.

Pertama, Taqwa dalam hal terkait dengan aspek Rububiyah. Bahwa Allah swt. telah menciptakan semua makhluk (termasuk manusia) berikut pasangannya. Karena itu manusia tidak perlu galau dan gelisah dalam masalah jodoh, apalagi melakukan tindakan-tindakan yang tidak disukai Allah dan Rasul-Nya. Yang diperlukan adalah persiapan diri untuk menerima jodoh dari Allah sesuai kufu-nya pada saat itu.

"Maha suci Rabb yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik segala yang ditumbuhkan bumi, diri mereka (manusia), maupun apa-apa yang tidak mereka ketahui". (Qs. Yaasin: 36).

Kalau seorang ingin mendapat pasangan yang shalih atau shalihat, maka dia harus mengondisikan diri untuk menjadi pribadi yang shalih atau shalihat. Sebab Allah swt tidak mungkin menzhalimi hamba-hamba- Nya. Dia Maha Adil, dan hanya mempertemukan jodoh dengan kualitas yang sesuai dengan kualitas ketaqwaan pasangannya pada waktu itu. Pasangan kita adalah cermin diri kita sendiri. Bagaimana kondisi keshalihan atau keshalihatan pasangan kita, begitulah kondisi kita ketika mendapatkannya.

Allah swt memaparkan aksioma ini dalam ayat-Nya yang indah: "Laki-laki pezina tidak akan menikah (mendapatkan jodoh) kecuali dengan perempuan pezina, atau perempuan musyrik; dan perempuan pezina tidak akan dinikahi kecuali oleh laki-laki pezina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang mu'min" (QS. An-Nur, 24:3).

"Wanita-wanita yang jahat adalah untuk laki-laki yang jahat, dan laki-laki yang jahat adalah untuk wanita yang jahat pula; dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanitwanita yang baik pula" (QS. An-Nur, 24:26).

Disamping itu, Allah lah yang berkehendak apakah seseorang itu akan diberi keturunan atau tidak. Sehingga, rumah tangga tidak perlu goyah hanya lantaran suara tangisan bayi belum juga kunjung terdengar. Dia pula yang menentukan apakah rumah tangga itu dikaruniai keturunan berupa anak laki-laki atau anak perempuan. Semua sama dimata Allah. Tidak ada hak bagi anggota rumah tangga itu untuk kecewa.

"Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki. Atau Dia menganugerahi kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa yang Dia kehendaki), dan Dia menjadikan mandul siapa saja yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa" (QS. Asy-Syura, 42:49-50).

Kedua, adalah taqwa yang berkait dengan aspek uluhiyyah. Bahwa ketenteraman batin dan kasih sayang yang hakiki yang dirasakan seseorang di dalam perkawinan merupakan kepuasan psikologis yang tidak mungkin didapatkan diluar perkawinan. Ketenteraman ini bukanlah seperti ketenteraman yang diperoleh seseorang ketika terlepas dari bermacam kesulitan atau beban pikiran, atau ketenteraman yang datang karena mendapatkan benda-benda yang menyenangkan. Tetapi diperoleh karena kepuasan hati yang dilandasi cinta kasih yang hakiki.

Ikatan cinta kasih antara suami-isteri, berbeda dengan ikatan cinta antara teman. Ikatan ini mengandung rahasia yang hanya Allah sajalah yang mengetahuinya. Bagi orang yang mau menghayati tanda-tanda kebesaran Allah, akan dapat merasakan bahwa sakinah, mawaddah, wa rahmah betul-betul merupakan pengejawantahan dari ikatan hati yang telah dipadukan Allah dalam selimut kasih sayang-Nya.

Allah swt adalah Sang Penyatu hati. Maka kepada-Nyalah kita memohon dipadukan hati, dan memohon mawaddah dan rahmah-Nya.

"Dan Allah-lah yang mempersatukan hati mereka. Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah-lah yang mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana" (QS. Al-Anfal, 8:63).

Tetapi untuk mempersatukan hati di antara manusia, memerlukan syarat. Syaratnya, hati itu telah ter-shibghah dengan nilai-nilai taqwa. Surat An-Nisa' ayat pertama di atas ditutup dengan kalimat: "Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kalian". Ini mengandung pesan bahwa, hendaknya manusia jangan sekali-kali berani melakukan tindak pelanggaran syari'at Allah dalam proses membangun rumah tangga ini, sebab Dia Maha Melihat lagi Maha Mengetahui.

Sedangkan di dalam surat Al-Ahzab ayat 70-71, terkandung pesan agar selalu menjaga perkataan dan sikap atau perilaku yang benar dalam berumah tangga. Inilah resep membangun rumah tangga samara yang dibingkai oleh nilai-nilai taqwa.

Fungsionalisasi peran suami isteri

Setelah meletakkan paradigma yang benar, langkah selanjutnya dalam mewujudkan rumah tangga samara adalah melakukan fungsionalisasi peran suami dan isteri secara proporsional dan adil. Secara tersirat Allah swt telah menggariskan masalah ini dalam salah satu ayat-Nya:

"Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu, dan janganlah kamu menyusahkan mereka hingga menyempitkan (hati) mereka". (QS. Ath-Thalaq:6) .

Sebagai penjelas ayat tersebut, Allah swt menjabarkan fungsi-fungsi yang harus ditegakkan suami isteri untuk terwujudnya samara, dalam ayat berikut:

"Kaum laki-laki adalah pemimpin (qawwam) bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Maka wanita yang shalihat, adalah yang tunduk dan taat (qanitat) serta mampu menjaga (hafizhat) ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara mereka". (QS. An-Nisa':34) .

Apabila diilustrasikan secara singkat, maka membangun rumah tangga samara itu seperti layaknya membangun rumah yang proses pembangunannya meski dikerjakan secara berurutan, dan menempatkan bagian-bagian rumah tersebut secara tepat dan harmonis. Sebagai fondasinya adalah taqwa. Kemudian, di atas fondasi itu dibangun pilar-pilar atau tiang-tiang utama yang berupa sifat qawwam suami. Tegak atau condongnya pilar qawwam ini akan mempengaruhi tegak atau condongnya bangunan yang nantinya akan berdiri.

Setelah itu, di atas fondasi yang sama dan bersandar pada tiang-tiang utama tadi, dibangunlah dinding yang berfungsi sebagai pembentuk bangunan tadi, pembatas dari area luar dan penyekat antara ruangan. Cantik atau tidaknya bangunan, tergantung dari penempatan dan pengaturan dinding tadi. Dinding ini adalah sifat shalihat seorang isteri.

Pada dinding tadi, dibuat pula jendela yang berfungsi sebagai pengatur keluar masuknya cahaya matahari dan udara segar. Makin baik jendela tadi berfungsi, tentu makin lancar pula sirkulasi cahaya dan udara segar. Jendela inilah sifat qanitat isteri.

Pada dinding itu pula tentu dibuat pintu, yang berfungsi sebagai tempat lalu lalangnya orang-orang yang keluar masuk rumah. Pada saat-saat tertentu pintu itu dibuka, dan di saat-saat tertentu ditutup. Inilah fungsi hafizhat seorang isteri.

Tetapi walaupun itu semua telah dibuat dan ditegakkan, belumlah bangunan tadi disebut rumah. Sebab ia membutuhkan atap sebagai pelindung dari panas maupun hujan. Ketika panas, ia berfungsi sebagai peneduh dan penyejuk. Ketika hujan ia berfungsi sebagai pemayung dan penghangat. Inilah yang disebut Al-Qur'an sebagai Mu'asyarah bil-ma'ruf, yang harus ditegakkan di dalam kehidupan berumah tangga.

"Dan pergaulilah pasanganmu dengan ma'ruf (baik). Apabila kamu tidak menyukai (salah satu sifat) mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak (di sisi lain)". (QS. An-Nisa:19).

Manakala setiap pasangan menjalankan fungsi-fungsi tadi dengan baik, yakinilah bahwa Allah swt pasti akan memberikan kado istimewa-Nya berupa rumah tangga yang sakinah, mawaddah wa rahmah. Wallahu a'lam bish-shawab. (dari sebuah milis)

Read More......

Saturday, December 09, 2006

Kemah Peduli PKS Bentuk Kader Siap Melayani

(posted in Sekilas Info)


Jakarta- Semangat memimpin dan melayani ibukota ditunjukkan Partai Keadilan Sejahtera DKI Jakarta dengan mengadakan Kemah Peduli 2006. Acara yang diikuti 2.000 kader PKS ini digelar di Bumi Perkemahan Cibubur selama Kamis-Ahad (7-10/12).

Ketua Panitia Pelaksana Kemah Peduli 2006 Agus Sujatmiko mengatakan kegiatan bertema "Bersama Masyarakat Eratkan Persaudaraan" ditujukan untuk mengeratkan hubungan yang terjalin antara kader PKS dan masyarakat selama ini. "Dalam empat hari acara kemah peduli, dua hari dua malam peserta mendapat berbagai materi, games dan outbond yang bertujuan meningkatkan kemampuan bekerja sama, dan berlokasi di Cibubur. Selanjutnya, kader PKS akan diterjunkan ke masyarakat, tempat mereka berdomisili, untuk melakukan berbagai aktivitas sosial," jelas Agus dalam pernyataan pers, Kamis (7/12). baca

Khusus untuk Jakarta Selatan, katanya, semua kader akan menyapu wilayah Jakarta Selatan dengan melakukan kampanye pemberantasan sarang nyamuk, yang salah satu kegiatannya adalah kerja bakti dan pembagian kit demam berdarah. Kegiatan ini bekerja sama dengan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan dalam pengadaan Abate untuk dibagikan.

Sementara itu untuk kader yang terjun ke wilayah Jakarta Pusat, akan mengadakan pelayanan kesehatan serta penyuluhan narkoba. Salah satu tempat yang akan menggelar acara tersebut adalah Madrasah Al Jihad, Kelurahan Cideng, Jakarta Pusat, bekerja sama dengan Badan Narkotika Provinsi dan Puskesmas setempat.

"Kemah Peduli ini dijadikan sarana penguatan bagi kader-kader PKS dalam melayani masyarakat. Selama ini kita memang telah bersentuhan langsung dengan masyarakat dalam berbagai aktivitas sosial, namun rasanya pelayanan itu harus ditingkatkan lagi. Apalagi memasuki musim penghujan, semua kader PKS di Jakarta harus siaga," paparnya.

Dia menambahkan, dengan terjunnya kader-kader ke masyarakat diharapkan bisa membuat sinergi antara kader dan potensi yang ada di masyarakat dalam menghadirkan pelayanan yang lebih baik untuk Jakarta. (suaramerdeka.com/071206)

Read More......

Friday, December 08, 2006

DPW Jatim Tutup Tahun 2006 Dengan Mukhoyam

(posted in Sekilas Info)


Surabaya - Menjelang akhir tahun 2006, Deputi Kepanduan DPW PKS Jawa Timur mencanangkan pelaksanaan program Mukhoyam Pandu Keadilan bagi seluruh kader PKS di Jatim.

Menjelang akhir tahun 2006, Deputi Kepanduan DPW PKS Jawa Timur (Jatim) mencanangkan pelaksanaan program Mukhoyam Pandu Keadilan (MPK) bagi seluruh kader PKS di Jatim. Pelaksanaan Mukhoyam Pandu keadilan ini dibagi kedalam 10 zona, demikian disampaikan oleh Khoirul, deputi Kepanduan sesaat setelah rakor Bidang Pembinaan Pemuda Ahad lalu. baca

Khoirul menambahkan bahwa Mukhoyan yang secara bahasa berarti perkemahan, merupakan program yang wajib diikuti oleh seluruh kader setelah memenuhi persyaratan tertentu. Sasaran dilaksanakan program ini adalah terwujudnya kebugaran, terbentuknya kekuatan dan keterampilan fisik kader, tumbuhnya kedisiplinan dan ketaatan serta kesiapsiagaan, terbentuknya regu-regu pandu keadilan dan tersedianya relawan-relawan PKS.

“Program Mukhoyam Pandu Keadilan ini meliputi MPK Dasar 1, MPK dasar 2, MPK menengah 1, dan MPK Menengah 2. Program ini merupakan program rutin yang dilaksanakan setiap tahun,” ujar Khoirul.

Secara bertahap, MPK ini akan diikuti oleh seluruh kader PKS. “Deputi Kepanduan DPW PKS Jatim mentargetkan Bulan maret 2007 program MPK sudah dapat diselesaikan,” ujar Khoirul. Jadwal MPK yang sudah masuk ke DPW diantaranya Kota Surabaya akan melaksanakan MPK Dasar 2 akan berlangsung pada tangl 16 – 17 Desember 2006 dan MPK menengah 1 pada pekan ke-3 Januari 2007, Sidoarjo akan melaksanakan MPK Dasar 2 pada pekan ke-2 Desember 2—6, Wilda 2 (probolinggo – pasuruan) akan melaksanakan MPK Dasar 1 pada bulan desember 2006, Malang Raya akan melaksanakan MPK Menegah 2 pada Bulan desember 2006. Bagi kader yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang program MPK ini bisa menghubungi kantor DPD terdekat. (pk-sejahtera.org/Irwan/051206)

Read More......

Wednesday, December 06, 2006

F-PKS Dinilai Paling Taat Laporkan Dana Serap Aspirasi

(posted in Sekilas Info)


Dari 10 fraksi di DPR, Fraksi PKS (F-PKS) yang paling rinci pelaporan penggunaan Dana Sertap Aspirasinya. Selain itu, F-PKS juga dinilai taat menyerahkan penggunaan Dana Serap Aspirasi yang diterima setiap anggota DPR pada masa reses, bahkan dari 45 anggota fraksi ini, hanya satu anggota yang belum menyerahkan laporan ke Sekretariat Jenderal DPR RI.

Laporan itu diserahkan Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI Zuber Safawi kepada Sekjen DPR Faisal Jamal pada Rabu di Gedung DPR/MPR Jakarta. Laporan pertanggungjawaban dana tersebut untuk masa reses 18 Oktober-12 Nopember 2006.

"Penyerahan laporan ini sebagai bentuk pertanggungjawaban publik atas dana yang diterima anggota Fraksi PKS. Laporan juga dilengkapi bukti-bukti pengeluaran berupa kwitansi," ujarnya. baca

Menurutnya, dari 45 anggota Fraksi PKS DPR RI, 44 di antaranya telah menyerahkan laporan pertanggungjawaban penanggunaan dana reses. Satu orang masih dalam proses menyelesaikan laporan.

"Dana yang kami terima, seluruhnya dikembalikan kepada konstituen. Bahkan ada anggota Fraksi PKS yang harus menambah dana dari sakunya sendiri mengingat banyaknya acara diselenggarakan" sambungnya.

Zuber menambahkan, dengan diserahkannya laporan pertanggungjawaban ini, maka pihaknya tidak memiliki beban lagi menghadapi masa reses yang akan dimulai pada 7 Desember.

"Kewajiban sudah kami penuhi sehingga menghadapi masa reses yang sebentar lagi akan dijalankan, kami lebih siap karena tidak punya utang laporan," katanya.
Untuk menghadapi masa reses mulai 7 Desember 2006, F-PKS telah mempersiapkan tema-tema yang akan disampaikan kepada konstituen. Salah satunya adalah masalah alokasi APBN 2007.

Ia menegaskan, rendahnya sosialisasi anggota DPR dalam memberi informasi seputar alokasi APBN menjadi salah satu faktor lambatnya implementasi pembangunan di daerah. "Kita meminta anggota kita mensosialisasikannya kepada masyarakat saat melakukan kunjungan kerja ke daerah," katanya.

Zuber mengajak masyarakat berpartisipasi aktif memantau penggunaan dana APBN yang dialokasikan untuk daerah. Dengan demikian, berbagai dugaan penyimpangan yang sering dikeluhkan masyarakat bisa dihindari. "Anggota kita siap menindaklanjuti laporan masyarakat," imbuhnya. (eramuslim.com/dina/061206)

Read More......

Tuesday, December 05, 2006

Mujahid: Antara Libanon, Palestina dan Kita

(posted in Sastra Islam)

Di sana, di Libanon sana
Setumpuk jasad terbujur kaku di balik reruntuhan kota
Sekelompok manusia berkejaran bersama desingan peluru
Ada jerit ketakutan, ada jerit kemarahan
Kemarahan akan eksistensi bangsa babi dan kera
Ada tangis kepedihan, ada pula tangis kesedihan
Kepedihan akan ketiadaan pembelaan dunia
Darah telah tertumpah bersama ruh yang terlepas dari raga
Di balik panasnya cuaca atau ledakan yang tersisa
Debu-debu terbang menembus batas pertahanan
Tenaga telah habis, terseok menelusuri sisa-sisa kehidupan
Ada diam yang membisu di kegelapan
Menggigil, seakan udara dingin tak mau kompromi
Menanti detik-detik yang tak tahu apa baca
Menanti ditemani suara-suara yang menyejukkan
Masih ada Allah bersama kita�
Masih ada Allah yang membela�
Walau dunia tak peduli, Aku masih punya Allah�
Tak ada kata menyerah��

Di sana, di Palestina sana
Anak kehilangan ibu, istri kehilangan suami
Sekelompok manusia berdiri menatap ke satu arah
Air mata telah kering, pun isakan tak tersisa
Bertanya dalam hati mereka, �Di mana rumah kami?�
Konspirasi demi konspirasi meluluhlantakkan harta, jiwa, dan raga
Pembantaian demi pembantaian tak kenal siapa dan bagaimana
Kemarahan, kesedihan, bermuara pada kobaran semangat
Gemeretak graham dan tulang-belulang terdengar jelas
Bangsa terlaknat !!! Allah ghayatuna, la takhof !! Allahu ma'ana
Ribuan manusia bergerak menuju satu titik
Kubah hijau telah penuh dengan manusia
Ada manusia serakah, congkak dan culas
Penuh nafsu menguasai dunia, memangsa nurani manusia
Ada pula manusia yang jiwanya hidup menanti janji
Janji dengan Rabbnya akan kenikmatan tiada akhir di surga
Bertemu bidadari bermata jeli
Perjuangan tiada akhir sejak dahulu kala
Tak ada kompromi dengan manusia-manusia terlaknat
Walau hanya sejengkal tanah sekalipun
Tanah air kami, adalah tanah air islam
Islam, tinggi dan tak ada yang lebih tinggi
Allah ada di atas segalanya�

Di sini, Indonesia kita
Bencana demi bencana kian hari kian menuntut pengorbanan
Isak tangis kehilangan, kesedihan, dan kepasrahan kian terdengar
Walau di antaranya ada keluh yang terdengar pula, sedikit mungkin
Tapi lihat..!!!
Ada sekelompok manusia tengah bergembira, memainkan peran seorang penari
Dengan dalih kemerdekaan, merah putih, pahlawan
Perzinahan, perampokan, pembantaian, pun tak terelakkan
Ada manusia yang tengah menikmati empuknya kasur nan harum
Sambil menikmati tontonan tak bermutu
Lalu seketika tercetus,
Urus saja diri masing-masing�
Orang jauh-jauh tak usah dipedulikan�
Hidup ini sudah enak, tak usah disusah-susahkan�
Tak peduli dengan keberadaan manusia di belahan bumi yang lain
Ada pula sekelompok manusia mengambil kesempatan
Meraup lembar demi lembar kertas bernama uang
Menjajah manusia lain demi pangkat dan harta
Lalu berkata, �Merdeka !!�

Tapi tunggu…!!!
Masih ada gelombang manusia yang menyerukan perlawanan
Masih ada gelombang manusia mengulurkan tangan
Walau hanya segelintir saja, mereka para mujahid
Mereka kah yang dikatakan golongan orang yang Allah lindungi?
Entahlah, aku tak bisa menyelami hati mereka
Apa karena Allah? Atau karena yang lain?
Mudah-mudahan hanya karena Allah saja mereka berbuat�

Wahai mujahid !!!
Aneka kehidupan telah terhampar nyata di bumi
Lantangkan suaramu dan tetaplah waspada
Luruskan barisanmu, dan kokohkanlah
Bersihkan niatmu, dan bersabarlah
Tak ada kata tunduk terhadap kebathilan
Tak ada kata menyerah menyerukan al-haq
Berikan apa saja yang bisa engkau berikan
Hingga desah nafasmu yang terakhir
Allah akan menggantikannya dengan yang terbaik
Maukah kalian wahai pencari syahid ?

"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar." (QS. At-Taubah : 111)

Quelle : dari sebuah weblog

Read More......

Saturday, December 02, 2006

Negara "KOK"

(posted in sastra islam)


Katanya bangsa Indonesia begitu pemaaf, sopan, banyak ketawanya... kok ?
Katanya Indonesia negara kaya/sugih loh jinawi...kok ?
Katanya pejabat berjuang untuk membuat rakyat sejahtera... kok ?
Katanya aparat keamanan begitu wajib menjaga keamanan rakyat dan negara...kok ?
Katanya pendidikan begitu mempunyai tujuan agar rakyat cerdas, rajin...kok ?

Katanya petani sudah sukses panen tapi...kok ?
Katanya bangsa Indonesia pintar2, brilian...kok
Katanya reformasi membawa Indonesia ke alam demokrasi sejati...kok ?
Katanya siapa saja patuh dimuka hukum...kok ?
Katanya ahli agama tidak mau terlibat politik uang...kok ?
Katanya gaji anggota DPR sudah 50 juta...kok ?

Katanya harga obat sudah diturunkan.. .kok ?
Katanya ngutang banyak supaya Indonesia bisa maju...kok ?

Katanya...kok. ..katanya. ..kok ?

Inilah namanya "negara kok".
Isinya hanya kontroversi.
Sampai2 katanya sapi Indonesia kakinya empat...kok lima ?
hahaha...kaki apa yang satu lagi ?

Kalau tidak tahu...bisa belajar di sekolah.
Kalau tidak punya uang...bisa cari harta karun.
Kalau tidak punya kawan...bisa buat iklan.
Kalau tidak punya spirit hidup...bisa bertanya.
Kalau tidak mendapatkan pencerahan hidup...tidak bisa berbuat apa2.

(dari milis pun@yahoogroups.com, 021206)

Read More......

Thursday, November 30, 2006

Hentikan Tayangan Televisi yang Tidak Edukatif

(posted in Parlementaria)


Jakarta - Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Yoyoh Yusroh meminta pihak yang berwenang untuk menghentikan seluruh tayangan televisi yang tidak edukatif dan menjamin perlindungan terhadap anak. Kalau pun tetap disiarkan, waktu tayang harus benar-benar tengah malam saat semua anak dipastikan tidur.

"Jangan hanya memikirkan keuntungan semata dari program yang ditayangkan, tetapi melupakan tanggungjawab dalam melindungi anak-anak bahkan mengorbankan mereka," kata yoyoh, Selasa (28/11) di Jakarta mengomentari program smack down yang diputar salah satu stasiun televisi swasta. baca

Tayangan yang mempertontonkan aksi kekerasan tersebut telah mengakibatkan banyak korban dari kalangan anak-anak. Setelah Reza Ikhsan Fadilah, bocah Bandung berusia 9 tahun yang meninggal dunia akibat aksi smack down temannya 16 november lalu, kasus-kasus serupa pun terungkap di beberapa daerah lainnya.

Menurut Yoyoh, anak-anak merupakan peniru yang baik sebab apa yang ditontonnya bisa menjadi tuntutan baginya. Terlebih bagi anak-anak yang tinggal di kota besar. Pasalnya ruang bergerak mereka sudah sangat terbatas sehingga tidak ada lagi alternatif untuk mengisi kegiatan selain menonton televisi.

"Di kota-kota besar hampir tidak ada tempat untuk bermain dan menghabiskan energi di siang hari. Sarana taman bacaan dan perpustakaan juga tidak tersedia. Walhasil anak-anak kerap nonton televisi hingga larut malam," urainya.

Kondisi sebaliknya masih terdapat di pedesaan. Anak-anak di desa, lanjut Yoyoh, masih dengan leluasa bermain di area lahan yang luas. Sehingga di malam hari energi mereka hanya cukup untuk belajar dan istirahat. Karenanya, dia menegaskan, seharusnya tayangan televisi harus benar-benar mendidik, bukan sebatas mengedepankan program-program yang banyak digemari penonton seperti smack down. Meski waktu tayang di malam hari, namun bukan berarti tidak dilihat anak-anak. "Apalagi tidak semua orang tua mampu mengarahkan anaknya."

Saatnya KPAI Beraksi

Kasus tewasnya Reza dan terlukanya beberapa anak akibat meniru aksi gulat tidak beraturan smack down seharusnya memicu peran Komisi Perlindungan anak Indonesia (KPAI). Lembaga yang perannya masih diragukan ini mestinya melakukan penelitian tentang tayangan-tayangan yang berbahaya bagi anak-anak.

"Berapa persen tayangan televisi yang tidak baik, berapa yang harus dihentikan, mana yang mendidik dan sebagainya harusnya ada datanya. Kejadian (smack down) ini bisa jadi momen bagi KPAI untuk berperan, mereka kan punya anggaran," tegas Yoyoh.(fpks-dpr-ri.com/nis/291106)

Read More......

Wednesday, November 29, 2006

Adakah Berpolitik dan Berpartai Dicontohkan Nabi dan Sahabat?

(posted in Konsultasi Syariah)


Pertanyaan :
Ustadz, ana ingin bertanya.
Kalau dilihat dari realita yang sekarang, banyak sekali partai yang mengatas namakan partai Islam (PKS, PPP, PBB dan lain-lain) sehingga sebagai seorang muslim ada yang mewajibkan harus memilih salah satu dari beberapa partai tersebut atau bahkan sama sekali tidak memilih.

Yang menjadi pertanyaan, bagaimana sesungguhnya atau sebenarnya dilihat dari sudut pandang Al-Qur'an dan As-Sunnah dalam hal berpolitik/berpartai? Ada nggak contohnya dari Nabi dan para sahabat? Mohon penjelasan, jazakumulloh khoiron katsiron.
Wassalam,
Abu Hurairah Ali Asmara
abuhurairah at eramuslim.com

Jawaban
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW dan para shahabatnya seumur-umur belum pernah ikut pemilu, apalagi membangun dan mengurusi partai politik. Realita seperti ini sudah disepakati oleh semua orang, termasuk para ahli sejarah, ulama dan juga semua umat Islam. baca

Dengan realita seperti ini, sebagian kalangan lalu mengharamkan pemilu dan mendirikan partai. Alasannya, karena tidak ada contoh dari Nabi Muhammad SAW, juga tidak pernah dilakukan oleh para shahabat belia yang mulia, bahkan sampai sekian generasi berikutnya, tidak pernah ada pemilu dan pendirian partai politik dalam sejarah Islam.

Bahkan sebagian dari mereka sampai mengeluarkan statemen unik, yaitu bahwa ikut pemilu dan menjalankan partai merupakan sebuah bid'ah dhalalah, di mana pelakunya pasti akan masuk neraka.

Ditambah lagi pandangan sebagian mereka bahwa sistem pemilu, partai politik dan ide demokrasi merupakan hasil pemikiran orang-orang kafir. Sehingga semakin haram saja hukumnya.

Tentu saja pendapat seperti ini bukan satu-satunya buah pikiran yang muncul di kalangan umat. Sebagian lain dari elemen umat ini punya pandangan berbeda.
Mereka tidak mempermasalahkan bahwa dahulu Rasulullah SAW dan para shahabat tidak pernah ikut pemilu dan berpartai. Sebab pemilu dan partai hanyalah sebuah fenomena zaman tertentu dan bukan esensi. Lagi pula, tidak ikutnya beliau SAW dan tidak mendirikan partai, bukanlah dalil yang sharih dari haramnya kedua hal itu. Bahwa asal usul pemilu, partai dan demokrasi yang konon dari orang kafir, tidak otomatis menjadikan hukumnya haram.

Dan kalau mau jujur, memang tidak ada satu pun ayat Quran atau hadits nabi SAW yang secara zahir mengharamkan partai politik, pemilu atau demokrasi. Sebagaimana juga tidak ada dalil yang secara zahir membolehkannya. Kalau pun ada fatwa yang mengharamkan atau membolehkan, semuanya berangkat dari istimbath hukum yang panjang. Tidak berdasarkan dalil-dalil yang tegas dan langsung bisa dipahami.
Namun tidak sedikit dari ulama yang punya pandangan jauh dan berupaya melihat realitas. Mereka memandang meski pemilu, partai politik serta demokrasi datang dari orang kafir, mereka tetap bisa melihat esensi dan kenyataan. Berikut ini kami petikkan beberapa pendapat sebagian ulama dunia tentang hal-hal yang anda tanyakan.
Seruan Para Ulama untuk Mendukung Dakwah Lewat Parlemen

Apa komentar para ulama tentang masuknya muslimin ke dalam parlemen? Dan apakah mereka membid'ahkannya?

Ternyata anggapan yang menyalahkan dakwah lewat parlemen itu keliru, sebab ada sekian banyak ulama Islam yang justru berkeyakinan bahwa dakwah lewat parlemen itu boleh dilakukan. Bahkansebagiannya memandang bahwa bila hal itu merupakan salah stu jalan sukses menuju kepada penegakan syariat Islam, maka hukumnya menjadi wajib.
Di antara para ulama yang memberikan pendapatnya tentang kebolehan atau keharusan dakwah lewat parlemen antara lain:

1. Imam Al-'Izz Ibnu Abdis Salam
2. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
3. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
4. Muhammad Rasyid Ridha
5. Syeikh Abdurrahman Bin Nashir As-Sa'di: Ulama Qasim
6. Syeikh Ahmad Muhammad Syakir: Muhaddis Lembah Nil
7. Syeikh Muhammad Al-Amin Asy-Syinqithi
8. Syeikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
9. Syeikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin
10. Syeikh Muhammad Nashiruddin Al-AlBani
11. Syeikh Dr. Shalih bin Fauzan
12. Syeikh Abdullah bin Qu'ud
13. Syeikh Dr. Umar Sulaiman Al-'Asyqar
14. Syeikh Abdurrahman bin Abdul Khaliq

Kalau diperhatikan, yang mengatakan demikian justru para ulama yang sering dianggap kurang peka pada masalah politik praktis. Ternyata gambaran itu tidak seperti yang kita kira sebelumnya. Siapakah yang tidak kenal Bin Baz, Utsaimin, Albani, Asy-Syinqithi, Shalih Fauzan dan lainnya?

1. Pendapat Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz

a. Fatwa Pertama
Sebuah pertanyaan diajukan kepada Syaikh Abdul Aziz bin Baz tentang dasar syariah mengajukan calon legislatif untuk Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan hukum Islam atas kartu peserta pemilu dengan niat memilih untuk memilih para da'i dan aktifis sebagai anggota legislatif. Maka beliau menjawab:

Rasulullah SAW bersabda bahwa setiap amal itu tergantung pada niatnya. Setiap orang mendapatkan apa yang diniatkannya. Oleh karena itu tidak ada masalah untuk masuk ke parlemen bila tujuannya memang membela kebenaran serta tidak menerima kebatilan. Karena hal itu memang membela kebenaran dan dakwah kepada Allah SWT.
Begitu juga tidak ada masalah dengan kartu pemilu yang membantu terpilihnya para da'i yang shalih dan mendukung kebenaran dan para pembelanya, wallahul muwafiq.

b. Fatwa Kedua
Di lain waktu, sebuah pertanyaan diajukan kepada Syeikh Bin Baz: Apakah para ulama dan duat wajib melakukan amar makruf nahi munkar dalam bidang politik? Dan bagaimana aturannya?

Beliau menjawab bahwa dakwah kepada Allah SWT itu mutlak wajibnya di setiap tempat. Amar makruf nahi munkar pun begitu juga. Namun harus dilakukan dengan himah, uslub yang baik, perkataan yang lembut, bukan dengan cara kasar dan arogan. Mengajak kepada Allah SWT di DPR, di masjid atau di masyarakat.

Lebih jauh beliau menegaskan bahwa bila dia memiliki bashirah dan dengan cara yang baik tanpa berlaku kasar, arogan, mencela atau ta'yir melainkan dengan kata-kata yang baik.

Dengan mengatakan wahai hamba Allah, ini tidak boleh semoga Allah SWT memberimu petunjuk. Wahai saudaraku, ini tidak boleh, karena Allah berfirman tentang masalah ini begini dan Rasulullah SAW bersabda dalam masalah itu begitu. Sebagaimana firman Allah SWT:

Serulah kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS An-Nahl: 125).

Ini adalah jalan Allah dan ini adalah taujih Rabb kita. Firman Allah SWT:
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu? (QS Ali Imran: 159)

Dan tidak merubah dengan tangannya kecuali bila memang mampu. Seperti merubha isteri dan anak-anaknya, atau seperti pejabat yang berpengaruh pada sebuah lembaga. Tetapi bila tidak punya pengaruh, maka dia mengangkat masalah itu kepada yang punya kekuasaan dan memintanya untuk menolak kemungkaran dengan cara yang baik.

c. Fatwa Ketiga
Majalah Al-Ishlah pernah juga bertanya kepada Syeikh yang pernah menjadi Mufti Kerajaan Saudi Arabia. Mereka bertanya tentang hukum masuknya para ulama dan duat ke DPR, parlemen serta ikut dalam pemilu pada sebuah negara yang tidak menjalankan syariat Islam. Bagaimana aturannya?

Syaikh Bin Baz menjawab bahwa masuknya mereka berbahaya, yaitu masuk ke parlemen, DPR atau sejenisnya. Masuk ke dalam lembaga seperti itu berbahaya namun bila seseorang punya ilmu dan bashirah serta menginginkan kebenaran atau mengarahkan manusia kepada kebaikan, mengurangi kebatilan, tanpa rasa tamak pada dunia dan harta, maka dia telah masuk untuk membela agam Allah SWT, berjihad di jalan kebenaran dan meninggalkan kebatilan. Dengan niat yang baik seperti ini, saya memandang bahwa tidak ada masalah untuk masuk parlemen. Bahkan tidak selayaknya lembaga itu kosong dari kebaikan dan pendukungnya.

Bila dia masuk dengan niat seperti ini dengan berbekal bashirah hingga memberikan posisi pada kebenaran, membelanya dan menyeru untuk meninggalkan kebatilan, semoga Allah SWT memberikan manfaat dengan keberadaannya hingga tegaknya syariat dengan niat itu. Dan Allah SWT memberinya pahala atas kerjanya itu.

Namun bila motivasinya untuk mendapatkan dunia atau haus kekuasaan, maka hal itu tidak diperbolehkan. Seharusnya masuknya untuk mencari ridha Allah, akhirat, membela kebenaran dan menegakkannya dengan argumen-argumennya, niscaya majelis ini memberinya ganjaran yang besar.

d. Fatwa Keempat
Pimpinan Jamaah Ansharus sunnah Al-Muhammadiyah di Sudan, Syaikh Muhammad Hasyim Al-Hadyah bertanya kepada Syaikh bin Baz pada tanggal 4 Rabi'ul Akhir 1415 H. Teks pertanyaan beliau adalah:

Dari Muhammad Hasyim Al-Hadyah, Pemimpin Umum Jamaah Ansharus-Sunnah Al-Muhammadiyah di Sudan kepada Samahah Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, mufti umum Kerajaan Saudi Arabia dan Ketua Hai'ah Kibar Ulama wa Idarat Al-buhuts Al-Ilmiyah wal Ifta'.
Assalamu 'alaikum Wr. Wb. Saya mohon fatwa atas masalah berikut:

Bolehkah seseorang menjabat jabatan politik atau adminstratif pada pemerintahan Islam atau kafir bila dia seorang yang shalih dan niatnya mengurangi kejahatan dan menambah kebaikan? Apakah dia diharuskan untuk menghilangkan semua bentuk kemungkaran meski tidak memungkinkan baginya? Namun dia tetap mantap dalam aiqdahnya, kuat dalam hujjahnya, menjaga agar jabatan itu menjadi sarana dakwah. Demikian, terima kasih wassalam.

Jawaban Seikh Bin Baz:
Wa 'alaikumussalam wr wb. Bila kondisinya seperti yang Anda katakan, maka tidak ada masalah dalam hal itu. Allah SWT berfirman,"Tolong menolonglah kamu dalam kebaikan." Namun janganlah dia membantu kebatilan atau ikut di dalamnya, karena Allah SWT berfirman,"Dan janganlah saling tolong dalam dosa dan permusuhan." Waffaqallahul jami' lima yurdhihi, wassalam wr. Wb.
Bin Baz

2. Wawancara dengan Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin
Pada bulan Oktober 1993 edisi 42, Majalah Al-Furqan Kuwait mewawancarai Syaikh Muhammad bin shalih Al-'Utsaimin, seorang ulama besar di Saudi Arabia yang menjadi banyak rujukan umat Islam di berbagai negara. Berikut ini adalah petikan wawancaranya seputar masalah hukum masuk ke dalam parlemen.

Majalah Al-Furqan :. Fadhilatus Syaikh Hafizakumullah, tentang hukm masuk ke dalam majelis niyabah (DPR) padahal negara tersebut tidak menerapkan syariat Islam secara menyeluruh, apa komentar Anda dalam masalah ini?

Syaikh Al-'Utsaimin : Kami punya jawaban sebelumnya yaitu harus masuk dan bermusyarakah di dalam pemerintahan. Dan seseorang harus meniatkan masuknya itu untuk melakukan ishlah (perbaikan), bukan untuk menyetujui atas semua yang ditetapkan.

Dalam hal ini bila dia mendapatkan hal yang bertentangan dengan syariah, harus ditolak. Meskipun penolakannya itu mungkin belum diikuti dan didukung oleh orang banyak pada pertama kali, kedua kali, bulan pertama, kedua, ketiga, tahun pertama atau tahun kedua, namun ke depan pasti akan memiliki pengaruh yang baik.

Sedangkan membiarkan kesempatan itu dan meninggalkan kursi itu untuk orang-orang yang jauh dari tahkim syariah merupakan tafrit yang dahsyat. Tidak selayaknya bersikap seperti itu.

Majalah Al-Furqan : Sekarang ini di Majelis Umah di Kuwait ada Lembaga Amar Ma'ruf Nahi Munkar. Ada yang mendukungnya tapi ada juga yang menolaknya dan hingga kini masih menjadi perdebatan. Apa komentar Anda dalam hal ini, juga peran lembaga ini. Apa taujih Anda bagi mereka yang menolak lembaga ini dan yang mendukungnya?
Syaikh Al-Utsaimin: Pendapat kami adalah bermohon kepada Allah SWT agar membantu para ikhwan kita di Kuwait kepada apa yang membuat baik dien dan dunia mereka. Tidak diragukan lagi bahwa adanya Lembaga Amar Makmur Nahi Munkar menjadikan simbol atas syariah dan memiliki hikmah dalam muamalah hamba Allah SWT. Jelas bahwa lembaga ini merupakan kebaikan bagi negeri dan rakyat. Semoga Allah SWT menyukseskannya buat ikhwan di Kuwait.

Pada bulan Zul-Hijjah 1411 H bertepatan dengan bulan Mei 1996 Majalah Al-Furqan melakukan wawancara kembali dengan Syaikh Utsaimin:

Majalah Al-Furqan: Apa hukum masuk ke dalam parlemen?
Syaikh Al-'Utsaimin: Saya memandang bahwa masuk ke dalam majelis perwakilan (DPR) itu boleh. Bila seseorang bertujuan untuk mashlahat baik mencegah kejahatan atau memasukkan kebaikan. Sebab semakin banyak orang-orang shalih di dalam lembaga ini, maka akan menjadi lebih dekat kepada keselamatan dan semakin jauh dari bala'.
Sedangkan masalah sumpah untuk menghormati undang-undang, maka hendaknya dia bersumpah unutk menghormati undang-undang selama tidak bertentangan dengan syariat. Dan semua amal itu tergantung pada niatnya di mana setiap orang akan mendapat sesuai yang diniatkannya.

Namun tindakan meninggalkan majelis ini buat orang-orang bodoh, fasik dan sekuler adalah perbuatan ghalat (rancu) yang tidak menyelesaikan masalah. Demi Allah, seandainya ada kebaikan untuk meninggalkan majelis ini, pastilah kami akan katakan wajib menjauhinya dan tidak memasukinya. Namun keadaannya adalah sebaliknya. Mungkin saja Allah SWT menjadikan kebaikan yang besar di hadapan seorang anggota parlemen. Dan dia barangkali memang benar-benar mengausai masalah, memahami kondisi masyarakat, hasil-hasil kerjanya, bahkan mungkin dia punya kemampuan yang baik dalam berargumentasi, berdiplomasi dan persuasi, hingga membuat anggota parlemen lainnya tidak berkutik. Dan menghasilkan kebaikan yang banyak. (lihat majalah Al-Furqan - Kuwait hal. 18-19)

Jadi kita memang perlu memperjuangkan Islam di segala lini termasuk di dalam parlemen. Asal tujuannya murni untuk menegakkan Islam. Dan kami masih punya 13 ulama lainnya yang juga meminta kita untuk berjuang menegakkan Islam lewat parlemen. Insya Allah SWT pada kesempatan lain kami akan menyampaikan pula. Sebab bila semua dicantumkan di sini, maka pastilah akan memenuhi ruang ini. Mungkin kami akan menerbitkannya saja sebagai sebuah buku tersendiri bila Allah SWT menghendaki.
3. Pendapat Imam Al-'Izz Ibnu Abdis Salam

Dalam kitab Qawa'idul Ahkam karya Al-'Izz bin Abdus Salam tercantum: Bila orang kafir berkuasa pada sebuah wilayah yang luas, lalu mereka menyerahkan masalah hukum kepada orang yang mendahulukan kemaslahatan umat Islam secara umum, maka yang benar adalah merealisasikan hal tersebut. Hal ini mendapatkan kemaslahatan umum dan menolak mafsadah. Karena menunda masalahat umum dan menanggung mafsadat bukanlah hal yang layak dalam paradigma syariah yang bersifat kasih. Hanya lantaran tidak terdapatnya orang yang sempurna untuk memangku jabatan tersebut hingga ada orang yang memang memenuhi syarat.

Dari penjelasan di atas dapat dipahami menurut pandangan imam rahimahullah, bahwa memangku jabatan di bawah pemerintahan kafir itu adalah hal yang diperlukan. Untuk merealisasikan kemaslahatan yang sesuai dengan syariat Islam dan menolakmafsadah jika diserahkan kepada orang kafir. Jika dengan hal itu maslahat bisa dijalankan, maka tidak ada larangan secara sya'ri untuk memangku jabatan meski di bawah pemerintahan kafir.

Kasus ini mirip dengan yang terjadi di masa sekarang ini di mana seseorang menjabat sebagai anggota parlemen pada sebuah pemeritahan non Islam. Jika melihat pendpat beliau di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa menjadi anggota parlemen diperbolehkan.

4. Pendapat Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
Dalam kitab Thuruq Al-Hikmah, Ibnul Qayyim Al-Jauziyah (691- 751 H) dalam kitabnya At-Turuq al-Hukmiyah menulis:

Masalah ini cukup pelik dan rawan, juga sempit dan sulit. terkadang sekelompok orang melewati batas, meng hilangkan hak-hak,dfan mendorong berlaku kejahatan kepada kerusakan serta menjadikasn syariat itu sempi sehingga tidak mampu memberikan jawaban kepada pemeluknya. dan menghalangi diri mereka dari jalan yang benar, yaitu jalan untuk mengetahui kebenaran dan menerapkannya. Sehingga mereka menolak hal tersebut, pada hal mereka dan yang lainnya tahu secara pasti bahwa hal itu adalah hal yang wajib diterapkan namun mereka menyangkal bahwa hal itu bertentangan dengan qowaid syariah.

Mereka mengatakan bahwa hal itu tidak sesuai yang dibawa rosulullah, yang menjadikan mereka berpikir seperti itu kurang nya mereka dalam memahami syariah dan pengenalan kondisi lapangan atau keduanya, sehingga begitu mereka melihat hal tersebut dan melihat orang-orang melakukan halyang tidak sesuai yang dipahaminya, mereka melakukan kejahatan yang panjang, kerusakan yang besar.mka permasalahannya jadi terbalik.

Di sisi lain ada kelompok yang berlawanan pendapatnya dan menafikan hukum allah dan rosulnya. Kedua kelompok di atas sama-sama kurang memahami risalah yang dibawa rosulnya dan diturunkan dalam kitabnya, padahal Allah swt. telah mengutus rasulnya dan menurunkan kitabnya agar manusia menjalankan keadilan yang dengan keadilan itu bumi dan langit di tegakkan. Bila ciri-ciri keadilan itu mulai nampak dan wajahnya tampil dengan beragam cara mak itulah syariat allah dan agamanya. Allah swt maha tahu dan maha hakim untuk memilih jalan menuju keadilan dan memberinya ciri dan tanda. maka apapun jalan yang bisa membawa tegaknya keadilan maka itu adalah bagian dari agama, dan tidak bertentangan dengan agama.

Maka tidak boleh dikatakan bahwa politik yang adil itu berbeda dengan syariat, tetapi sebaliknya justru sesuai dengan syariat, bahkan bagian dari syariat itru sendiri. kami menamakannya sebagai politik sekedar mengikuti istilah yang Anda buat tetapi pada hakikatnya merupakan keadilan allah dan rosulnya.

Imam yang muhaqqiq ini mengatakan apapun cara untuk melahirkan keadilan maka itu adakah bagian dari agama dan tidak bertentangan dengannya. Jelasnya bab ini menegaskan bahwa apapun yang bisa melahirkan keadilan boleh dilakukan dan dia bagian dari politik yang sesuai dengan syariah. Dan tidak ada keraguan bahwa siapa yang menjabat sebuah kekuasaan maka ia harus menegakkan keadilan yang sesuai dengan syariat. Dan berlaku ihsan bekerja untuk kepentingan syariat meskipun di bawah pemerintahan kafir.

5. Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan
Syekh Shaleh Alfauzan ditanya tentang hukum memasuki parlemen. Syekh Fauzan balik bertanya, "Apa itu parlemen?" Salah seorang peserta menjawab "Dewan legislatif atau yang lainnya" Syekh, "Masuk untuk berdakwah di dalamnya?" Salah seorang peserta menjawab, "Ikut berperan serta di dalamnya" Syekh, "Maksudnya menjadi anggota di dalamnya?" Peserta, "Iya."

Syeikh: "Apakah dengan keanggotaan di dalamnya akan menghasilkan kemaslahatan bagi kaum muslimin? Jika memang ada kemaslahatan yang dihasilkan bagi kaum muslimin dan memiliki tujuan untuk memperbaiki parlemen ini agar berubah kepada Islam, maka ini adalah suatu yang baik, atau paling tidak bertujuan untuk mengurangi kejahatan terhadap kaum muslimin dan menghasilkan sebagian kemaslahatan, jika tidak memungkinkan kemaslahatan seluruhnya meskipun hanya sedikit."

Salah seorang peserta, "Terkadang didalamnya terjadi tanazul (pelepasan) dari sejumlah perkara dari manusia."
Syeikh: "Tanazul yang dimaksud adalah kufur kepada Allah atau apa?"
Salah seorang peserta, "Mengakui."
Syeikh: "Tidak boleh. adanya pengakuan tersebut. Jika dengan pengakuan tersebut ia meninggalkan agamanya dengan alasan berdakwah kepada Allah, ini tidak dibenarkan. Tetapi jika mereka tidak mensyaratkan adanya pengakuan terhadap hal-hal ini dan ia tetap berada dalam keIslaman akidah dan agamanya, dan ketika memasukinya ada kemaslahatan bagi kaum muslimin dan apa bila mereka tidak menerimanya ia meninggalkannya, apa mungkin ia bekerja untuk memaksa mereka?

Tidak mungkin kan untuk melakukan hal tersebut. Yusuf as ketika memasuki kementrian kerajaan, apa hasil yang ia peroleh? atau kalian tidak tahu hasil apa yang di peroleh Nabi Yusuf as?

Atau kalian tidak tahu tentang hal ini, apa yang diperoleh Nabi Yusuf ketika ia masuk, ketika raja berkata kepadanya, "Sesungguhnya kamu hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya dis isi kami" Nabi Yusuf saat itu menjawab, "Jadikan aku bendaharawan negara karena aku amanah dan pandai." Maka beliau masuk dan hukum berada di tangannya. Dan sekarang dia menjadi raja Mesir, sekaligus nabi.

Jadi bila masuknya itu melahirkan sesuatu yang baik, silahkan masuk saja. Tapi kalau hanya sekedar menyerahkan diri dan ridho terhadap hukum yang ada maka tidak boleh. Demikian juga bila tidak mendatangkan maslahat bagi umat Islam, maka masuknya tidak dibenarkan. Para ulama berkata, "Mendatangkan manfaat dan menyempurnakannya, meski tidak seluruh manfaat, tidak boleh diiringi dengan mafsadat yang lebih besar."
Para ulama mengatakan bahwa Islam itu datang dengan visi menarik maslahat dan menyempurnakannya serta menolak mafsadah dan menguranginya. maksudnya bila tidak bisa menghilangkan semua mafsadat maka dikurangi, mendapatkan yang terkecil dari dua dhoror, itu yang diperintahkan. Jadi tergantung dari niat dan maksud seseorang dan hasil yang diperolehnya. Bila masuknya lantaran haus kekuasaan dan uang lalu diam atas segala penyelewengan yang ada, maka tidak boleh. Tapi kalau masuknya demi kemaslahatan kaum muslimin dan dakwah kepada jalan Allah, maka itulah yang dituntut. Tapi kalau dia harus mengakui hukum kafir maka tidak boleh, meski tujuannya mulia. seseorang tidak boleh menjadi kafir dan berkata "Tujuan saya mulia, saya berdakwah kepada Allah," tidak tidak boleh itu."

Salah seorang peserta, "Apa yang menjadi jalan keluarnya?"
"Jalan keluarnya adalah jika memang di dalamnya ada maslahat bagi kaum muslimin dan tidak menghasilkan madharat bagi dirinya, maka hal tersebut tidak bertentangan. Adapun jika tidak ada kemaslahatan di dalamnya bagi kaum muslimin atau hal tersebut mengakibatkan adanya kemadorotan yaitu pengakuan yaitu pengakuan akan kekufuran, maka hal tersebut tidak diperbolehkan" (Rekaman suara)

6. Syaikh Abdullah bin Qu'ud
Sebagian orang-orang meremehkan partai-partai politik Islam yang terdapat di sejumlah negara-negara Islam seperti Aljazair, Yaman, Sudan dan yang lainnya. Mereka yang ikut didalamnya dituduh dengan tuduhan sekuler dan lain-lainnya. Apa pendapat Anda tentang hal tersebut? Sikap atau peran apa yang harusnya dilakukan oleh kaum muslimin untuk menyikapi kondisi tersebut?

Jawaban : Akar persoalan dari semua itu adalah adanya dominasi sebagian para dai terhadap yang lainnya. Dan saya berpendapat bahwa seorang muslim yang diselamatkan Allah dari malapetaka untuk memuji Allah dan bersyukur kepada-Nya serta berdoa untuk saudara-saudaranya di Sudan, Aljazair, Tunisia dan negara-negara lainnya, ataupun bagi kaum muslimin yang berada di negeri-negeri yang jelas-jelas kafir.

Dan jika hal tersebut tidak memberikan manfaat kepada mereka, aku berpendapat minimal jangan memadhorotkan mereka. Karena sampai sekarang tidak ada bentuk solidaritas yang nyata kepada para dai tersebut padahal mereka telah mengalami berbagai ujian dan siksaan.

Dan kita wajib mendoakan kaum msulimin dan manaruh simpati kepada mereka di setiap tempat. Karena seorang mokmin adalah saudara bagi muklmin yang lainnya, jika mendengar kabar yang baik mengenai saudaranya di Sudan, Aljazair, Tunisia atau dinegeri mana saja maka hendaknya ia merespon positif dan seakan-akan ia berkata:

"Wahai kiranya saya ada bersama-sama mereka, tentu saya mendapat kemenangan yang besar" (QS. An-Nisaa: 73).

Dan apa bila mendengar malapetaka yang menimpa mereka, maka hendaklah ia mendoakan untuk saudarnya-saudaranya yang sedang diuji di negeri mana saja, supaya Allah melepaskan mereka dari orang-orang yang sesat dan menjadikan kekuasaan bagi kaum muslimin dan hendaklah ia memuji Allah karena telah menjaga dirinya.

Jangan sampai ada seseorang yang bersandar dengan punggungnya di negeri yang aman lalu mencela orang-orang atau para dai yang berjuang demi Islam di bawah kedholiman dan keseweng-wenangan dan intimidasi. Tidak diragukan lagi bahwa hal ini merupakan tindakan yang tidak fair. boleh jadi engkau akan mendapat ujian jika Anda tidak merespon dengan perasaan Anda apa yang dirasakan oleh kaum muslimin yang sedang mengalami ujian dari Allah.

Demikian petikan beberapa pendapat para ulama tentang dakwah lewat pemilu, partai politik, parlemen dan sejenisnya. Semoga ada manfaatnya. Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,(Eramuslim/Ahmad Sarwat,Lc/291106)

Read More......

Tuesday, November 28, 2006

Pilkada DKI, Koalisi Setengah Matang Hadang PKS

(posted in opini)

Agenda pemilihan kepala daerah (pilkada) memang memerlukan persiapan panjang. Maka, meski pelaksanaan pilkada DKI Jakarta masih Juni 2007 nanti, partai-partai politik sudah pasang kuda-kuda. PDI Perjuangan mengambil inisiatif lebih dulu. Ahad dua pekan lalu, markas Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDI Perjuangan DKI di Jalan Tebet Raya menjadi tuan rumah dialog politik bertajuk "Menyongsong Jakarta Masa Depan".

Gubernur Sutiyoso tampil jadi pembicara bersama anggota Komisi I DPR-RI dari PDI Perjuangan, Effendi Simbolon. Acara yang berlangsung selama tiga jam itu banyak membicarakan konsep pembangunan Jakarta era Sutiyoso.

Meski formatnya dialog, bukan rahasia lagi, lewat forum ini PDI Perjuangan ingin menyiapkan bibit koalisi menyongsong pilkada DKI 2007. baca Bertindak sebagai tuan rumah adalah Ketua PDI Perjuangan DKI, Agung Imam Sumanto. Ia menjamu Ketua Partai Demokrat DKI Ferrial Sofyan, Ketua Partai Persatuan Pembangunan (PPP) DKI Chudlary Syafi'i Khazami, Ketua Partai Damai Sejahtera (PDS) DKI Constant Punggawa, dan Nursyahbani Katjasungkana dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Tokoh Senior PDI Perjuangan, M. Taufiq Kiemas, ikut hadir.

Yang absen adalah utusan Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Bintang Reformasi (PBR). Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tak diundang karena telah punya calon tetap: Wakil Kapolri Komisaris Jenderal Adang Daradjatun.

Bahwa pertemuan tersebut merupakan upaya penyemaian koalisi, itu diakui Sekretaris PDI Perjuangan DKI, Eriko Votarduga. "Ini penjajakan koalisi lima partai," ujarnya kepada Gatra. Menurut dia, lobi-lobi yang mengarah pada koalisi politik sudah berjalan, tapi keputusannya masih jauh. "Ini baru koalisi moral. Namun kami sangat intensif mengomunikasikannya," ia menambahkan. Disebut koalisi moral, karena internal partai-partai masih menunggu lampu hijau dari DPP masing-masing. "Setelah kebijakannya selesai, baru dibentuk koalisi politik," katanya.

Ide koalisi itu, kata Eriko, merupakan penyikapan atas perkembangan menjelang pilkada. Agendanya, karena mengarah ke koalisi politik, semestinya disiapkan pula kontrak politik. "Sejauh ini, baru komitmennya dulu," ujarnya. Meskipun koalisi ini masih taraf penjajakan, menurut Eriko, kepentingan yang sama akan menyatukan partai-partai peserta.

Selain menghadirkan para ketua partai di DKI, pada acara tersebut hadir pula para calon gubernur yang telah mendaftarkan diri ke PDI Perjuangan. Mereka adalah Agum Gumelar, Bibit Waluyo (mantan Pangdam Jaya), Faisal Basri (ekonom), Edi Waluyo (mantan Ketua DPRD DKI), Sarwono Kusumaatmadja, dan Fauzi Bowo (Wakil Gubernur DKI). Mereka tak menyampaikan visi atau misi, hanya berdialog dengan Sutiyoso tentang rencana umum Jakarta sebagai kota megalopolitan.

Jauh-jauh hari, partai-partai politik memang tampak beradu strategi memperebutkan 7,5 juta pemegang hak pilih Jakarta. Namun pertemuan tersebut sulit dimungkiri merupakan upaya bersama menghadang laju PKS. Meski indikasinya kuat, tuan rumah menolak disebut begitu. "Kalau orang berpikir begitu, ya, boleh-boleh saja," kata Eriko pula.

PKS merupakan peraih suara terbanyak pada Pemilu 2004, dengan perolehan 18 kursi di DPRD. Dengan bekal jumlah kursi terbanyak dan massa yang solid, partai berbasis Islam itu jelas membuat lawan-lawannya berhitung cermat.

Mengacu pada hasil pemilu lalu, sembilan partai punya kursi di DPRD DKI. Tapi hanya tiga di antaranya yang dapat memajukan calonnya sendiri, dengan persyaratan 15% kursi di dewan atau 15% suara perolehan. Mereka adalah PKS (18 kursi), Demokrat (16 kursi), dan PDI Perjuangan (11 kursi). Partai lain mengantongi jumlah kursi minim. Golkar (7 kursi), PDS (4 kursi), PPP (7 kursi), PAN (6 kursi), PKB (4 kursi), dan PBR (2 kursi).

Dengan komposisi seperti itu, kemungkinan akan menghasilkan maksimal lima pasang calon. Selain calon dari tiga partai besar tersebut, dua calon lain adalah dari koalisi Golkar-PDS dan koalisi partai sisanya. Apabila masing-masing partai besar mencalonkan jagonya sendiri, di atas kertas peluang kemenangan terbesar ada pada PKS. Itu karena koalisi terakhir partai-partai gurem akan rentan sekali dipecah.

Hitungan inilah yang memaksa partai-partai non-PKS segera mengambil langkah antisipasi. "Koalisi tetap akan menghasilkan suara lebih besar," kata Ketua DPD Partai Demokrat DKI, Ferrial Sofyan. Pihaknya mengaku sangat terbuka dengan koalisi. "Tidak ada ruginya. Enam belas kursi tetap lebih kecil daripada 27 kursi," katanya. Meski mengantongi 16 kursi pada pemilu lalu, Demokrat tak mau cepat-cepat memunculkan calonnya sendiri.

Sejauh ini, partai-partai masih berniat mengajukan calon masing-masing. Apabila koalisi terbentuk, calon-calon yang ada dikocok ulang. Menurut sumber Gatra, PDI Perjuangan akan mengincar pos khusus calon gubernur. Wakilnya akan diserahkan ke partai lain. "Karena PDI Perjuangan merasa lebih mumpuni dalam pertarungan pilkada DKI," ujar sumber Gatra itu. Konsep koalisi agaknya akan mulus. Hanya saja, katanya, penentuan figur calon akan sangat keras.

Sejauh ini, nama yang dimunculkan partai-partai memang masih berubah-ubah. Sebagian nama calon masih bertaut antara satu partai dan partai lainnya. Partai Demokrat malah baru akan menetapkannya akhir November mendatang. Dan masih akan mengocoknya lagi hingga Januari tahun depan. Sementara ini, yang sudah bergulir sebagai calon dari Partai Demokrat adalah Sarwono Kusumaatmadja, Agum Gumelar, dan Fauzi Bowo. Tak beda jauh dari PDI Perjuangan.

Menghadapi koalisi ini, PKS tak tampak gentar. "Kalau mereka koalisi, kami juga mengarah ke situ," kata Ketua PKS DKI Jakarta, Triwisaksana. Menurut dia, PKS tengah melakukan pembicaraan intensif dengan empat partai lain dengan jumlah kursi yang signifikan. Namun ia menolak menyebut nama-nama partai itu. Yang jelas, jumlah kursinya lebih dari jumlah kursi PDI Perjuangan-Demokrat.

PKS, katanya, berupaya keras menambah dukungan dengan membuat kesepakatan dengan partai lain. "Tak ada cara lain. Inilah yang harus dilakukan menghadapi koalisi pesaing," katanya.

Tak lupa ia mengingatkan, pendekatan langsung ke masyarakat lebih penting. "Karena pilkada mendatang merupakan pilihan langsung," ujarnya. Menurut hitungan dia, apabila empat partai dapat dirangkul oleh PKS, koalisi yang dibentuk lawan akan kocar-kacir. Selain itu, figur calon juga membawa pengaruh besar.

Ia mengaku siap melakukan kontrak politik dengan partai lain. "Itu jauh lebih strategis mencapai tujuan bersama," katanya. Namun ia yakin, PKS juga akan mengambil jatah calon wakil gubernur yang bakal mendampingi Adang Daradjatun. "Karena Adang bukan kader sendiri, perlu pendamping dari jajaran kader," tuturnya. Sejauh ini, sejumlah nama telah dimunculkan, antara lain Menteri Pemuda dan Olahraga Adhyaksa Dault.

Menghadapi peta koalisi yang masih remang, para calon gubernur tampaknya harus sabar. "Saya akan mengikuti perkembangannya," kata Sarwono Kusumaatmadja, yang anggota Dewan Perwakilan Daerah dari DKI itu. Menurut dia, koalisi ini positif karena akan mendongkrak peluangnya memenangkan pilkada. Apakah model ini memerlukan "gizi" lebih banyak? "Sepertinya tidak. Sejauh ini belum ada kabar yang begitu," katanya kalem.

Wacana koalisi tampaknya makin nyata. Menyusul pertemuan Tebet, PDI Perjuangan kembali menggelar silaturahmi lima partai politik tersebut, akhir bulan ini. "Ide ini akan kami matangkan lagi. Tempatnya mungkin di PRJ Kemayoran," kara Eriko. Sejauh ini, gagasan itu memang masih setengah matang. (Gatra.com/Mujib Rahman/231106)

Read More......

Friday, November 24, 2006

Berpartisipasi Dalam Kerja-Kerja Amal Jama'i

(posted in tarbiyah )

Lalu, para Malaikat mendatangi Nabi Adam AS untuk mengetahui sejauh mana ilmunya. Mereka bertanya:"Siapakah namanya, Adam" Jawab Adam:"Hawwa!" Malaikat bertanya:"Mengapa namanya Hawwa" Jawab Adam:"Karena dia dijadikan dari benda hidup" (Tafsir Ibnu Katsir).

Itulah interaksi sosial pertama yang terjadi antara dua manusia. Interaksi sosial merupakan fithrah basyariyah (naluri manusia) yang menjadikan hidup menjadi indah dan lebih bermakna. Keadaan Nabi Adam AS sebelum kedatangan Hawwa digambarkan dalam Tafsir Ibnu Katsir 'berjalan-jalan sendirian dan kesepian'.

Setelah itu, lahirlah keturunan dari Adam dan Hawwa, baik keturunan laki-laki atau perempuan, sehingga jumlahnya menjadi milyaran ummat manusia seperti sekarang ini. Allah Ta�ala berfirman:"Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Rabbmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya dan daripada keduanya Allah memperkembang-biakkan laki-laki dan wanita yang banyak " (An Nisaa� [4]: 1).
baca
Firman-Nya yang lain:"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku " (Al Hujuraat [49]: 13).

Dengan semakin berkembang biaknya laki-laki dan wanita dalam jumlah yang banyak, menjadi bersuku-suku dan berbangsa-bangsa; maka mau tidak mau, suka tidak suka, manusia akan berinteraksi dengan manusia lainnya. Baik dalam lingkungan yang padat, atau dalam ligkungan yang jarang penduduknya. Keharusan berinteraksi inilah yang menjadikan manusia sebagai makhluq sosial seperti kakeknya terdahulu, Nabi Adam dengan Ibu Hawwa.

Allah Ta�ala berfirman:"Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu" (An Nisaa' [4]: 1).

Dalam firman-Nya yang lain:" menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal " (Al Hujuraat [49]: 13).

Demikianlah, Allah Ta'ala telah menjelaskan kepada kita rahasia penciptaan manusia yang beragam kulit, bahasa, tradisi dan alamnya. Semuanya tidak dalam rangka manusia saling bermusuhan dan menumpahkan darah. Tetapi untuk saling mengenal, saling membutuhkan dan saling mengunjungi. Rasulullah SAW sendiri tidak pernah berupaya merubah nama suku shahabatnya; seperti suku Auz dengan Kazraj, meskipun kedua suku tersebut pernah terlibat peperangan yang lama. Rasulullah SAW tidak merubah kedua nama suku itu, yang dihilangkan bukan namanya, tetapi sikap permusuhan di antara keduanya dan diganti dengan sikap persaudaraan. Demikian pula antara shahabat Muhajirin dan Anshar serta shahabat lainnya. Dan dengan begitu, kehidupan menjadi indah dan menggairahkan.



ISLAM TIDAK ANTI SOSIAL


Rasulullah SAW mengajak ummatnya untuk bergaul dengan masyarakatnya dan bershabar terhadap berbagai macam perilaku mereka. Sabdanya:"Seorang Mu'min yang berinteraksi dengan masyarakat dan bershabar terhadap segala macam cobaan dari mereka lebih agung pahalanya daripada seorang Mu'min yang tidak berinteraksi dan tidak bershabar terhadap cobaan manusia" (HR. Muslim).

Kata 'lebih agung pahalanya' merupakan dorongan Rasulullah SAW kepada ummatnya untuk bergaul atau berinteraksi dengan manusia lainnya. Sedangkan hijrah untuk meninggalkan manusia ramai kemudian menyendiri dalam kehidupan merupakan perkara yang tidak diajarkan dalam Islam, karena Rasulullah SAW telah bersabda:"Tidak ada lagi hijrah setelah penaklukan kota Makkah" (Riyadhush Shalihin). Sebagai gantinya, Islam mengajarkan ummatnya untuk melakukan hijrah ma'nawi atau isolasi mental. Rasulullah SAW bersabda:"Muhajir (orang yang hijrah) adalah mereka yang meninggalkan segala sesuatu yang dilarang oleh Allah Ta'ala" (HR. Muslim).

Dari sabda Rasulullah SAW ini, dapat kita fahami bahwa yang dimaksud hijrah adalah meninggalkan segala sesuatu yang dilarang Allah Ta'ala, tanpa harus berpindah secara fisik. Inilah yang dimaksud dengan hijrah ma'nawiyah atau isolasi mental. Secara fisik bergaul dengan masyarakat ramai, tetapi secara mental meninggalkan kemaksiatan yang mereka lakukan.

Tentu saja, yang dimaknai bergaul dengan masyarakat bukan berarti bergaul secara akrab dengan para pelaku maksiat; sampai memberikan solidaritas dan loyalitas kepada mereka. Karena Rasulullah SAW memberikan peringatan:"Seseorang itu bersama agama temannya. Maka hendaklah seseorang memperhatikan dengan siapa dia berteman" (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).

Berarti yang dimaknai bergaul adalah berinteraksi dalam perkara-perkara mu�amalah seperti jual-beli, bertetangga, berteman, berorganisasi atau yang lain; sembari berda�wah untuk mengarahkan mereka terbiasa dengan akhlaq-akhlaq Islami.

Beberapa orang Muslim yang ingin menyendiri dalam kehidupan dan tidak mau bergaul dengan masyarakat ramai mempunyai alasan yang kurang tepat. Beberapa sikap dan pemikiran yang kurang tepat adalah:

1. Belum berda�wah tetapi sudah memvonis

Islam tidak mangajarkan kepada ummatnya untuk menjadi tukang vonis, tetapi Islam mengajak ummatnya untuk menjadi seorang da'i. Allah Ta'ala berfirman:"Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka" (Al Ghaasyiyah [88]: 21-22).

Seringkali kita memvonis masyarakat dengan vonis yang menyakitkan, seperti: sesat, kafir, murtad, ahli neraka dan lain-lain. Sementara kita sama sekali belum berd'awah kepada mereka dengan cara-cara yang diajarkan Rasulullah SAW. Sikap seperti ini meneybabkan terjadi rentangan jarak yang jauh antara kita dengan masyarakat. Atau, menyebabkan kita lebih suka menyendiri daripada bergaul untuk berda'wah.

Tentu saja sikap seperti ini tidak tepat, karena berda'wah itu adalah langkah pertama yang harus dilakukan dalam berhubungan dengan manusia. Dan dengan da'wah pulalah kita bergaul dengan masyarakat ramai. Sedangkan sikap suka menjatuhkan vonis kepada msyarakat bukanlah ajaran Islam, karena Rasulullah SAW bersabda:"Saya tidak diutus untuk menjadi tukang cela, tetapi untuk menjadi pemberi rahmat" (Tafsir Ibnu Katsir).

2. Semua jama�ah dan organisasi Islam sesat dan firqah

Allah Ta�ala berfirman:"Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka" (Ar Ruum [30]: 32).

Rasulullah SAW bersabda:"Ummatku terpecah menjadi tujuhpuluhtiga firqah, tujuhpuluh dua masuk nerakadan satu yang masuk surga; itulah jama'ah" (HR. Ahmad).

Dalil-dalil di atas atau yang serupa dengannya, seringkali disikapi keliru oleh beberapa gelintir Kaum Muslimin. Sikap yang keliru tersebut adalah:

a. Menganggap seluruh jama'ah Kaum Muslimin adalah sesat dan firqah

b. Menganggap hanya jama'ahnya yang memenuhi kriteria di atas, sehingga hanya jama�ahnya yang berhak masuk surga. Sedangkan jama'ah lain akan masuk neraka.

Kedua sikap ekstrem tersebut tentu saja sikap yang tidak tepat. Karena ayat beserta hadits di atas, atau yang sejenis dengannya, hanya menunjukkan sifat-sifat golongan yang benar atau kelompok yang sesat. Dalil-dalil seperti itu sama sekali tidak menunjukkan suatu nama tertentu. Sehingga setiap kelompok, golongan atau jama'ah yang memenuhi sifat-sifat kebenaran seperti itu masuk dalam golongan yang selamat; apapun namanya. Demikian pula sebaliknya, jika ada kelompok, golongan atau jama'ah yang memenuhi sifat-sifat kesesatan, maka dia akan masuk dalam golongan yang celaka; apapun namanya.

Sehingga, tidak ada organisasi yang benar sendiri tidak pula seluruh organisasi sesat. Kita lihat dulu sifat-sifat organisasi tersebut secara obyektif. Sudut pandang inilah yang Islami dan menghindarkan diri kita dari keengganan untuk bergaul dengan mesyarakat ramai yang mengikuti berbagai macam organisasi.

3. Berinteraksi dengan pelaku maksiat dilarang dalam Islam

Rasulullah SAW pernah bersabda:"Seseorang itu bersama agama temannya. Maka perhatikanlah dengan siapa seseorang itu berteman" (HR. Abu Daud dan Tirmidzi). Dengan sabda Rasulullah Saw ini ada beberapa Kaum Muslimin yang beranggapan bahwa berinteraksi dengan pelaku maksiat itu dilarang.

Tentu saja pemahaman ini tidak seratus persen benar dan juga tidak seratus persen salah. Yang diingatkan Rasulullah SAW adalah pertemanan bukan interaksi. Yang diamksud dengan pertemanan adalah tempat seseorang meletakkan rasa solidaritas, menumpahkan perasaan dan tempat memberikan loyalitas. Pertemana seperti inilah yang harus dijaga tetap dengan orang-orang yang shalih, bukan dengan para pelaku maksiat.

Sedangkan interaksi itu dapat bermakna sangat luas. Karena da'wah itu sendiri adalah sebuah bentuk interaksi terus-menerus antara seorang juru da'wah dengan obyek da'wahnya. Di antara obyek da�wah adalah para pelaku maksiat. Tentu saja, interaksi da'wah dengan para pelaku maksiat bukan dalam rangka pertemanan, yaitu bukan dalam rangka memberikan rasa solidaritas, menumpahkan perasaan serta tempet memberikan loyalitas. Tetapi dalam rangka mengarahkan, meluruskan serta mengurangi intensitas kemaksiatannya.

Seseorang yang menganggap interaksi dengan pelaku maksiat dilarang menyebabkan dia mengambil sikap menyendiri dan menyepi serta mengindarkan diri dari bergaul dengan sesama manusia. Sikap inilah yang tidak tepat.

4. Sekarang ini adalah masa kerusakan

Rasulullah SAW bersabda:"Akan datang suatu masa yang menimpa manusia; tidak ada Islam kecuali tinggal namanya saja, tidak ada Al Qur�an kecuali tinggal tulisannya saja, masjid-masjid mewah tetapi kosong dari petunjuk serta ulama�nya adalah orang yang paling jahat yang berada di bawah langit " (HR. Al Baihaqi).

Hadits di atas serta hadits-hadits yang sejenis dijadikan sebagai alasan oleh beberapa Kaum Muslimin untuk menggambarkan kondisi zaman sekarang ini. Sebagian berpendapat sangat ekstrem , yaitu sekarang adalah zaman paling rusak dan sudah tidak mungkin lagi untuk diperbaiki kembali. Sehingga mereka memilih mundur dan menyepi dari keramaian manusia; dengan anggapan supaya selamat dunia akhirat.

Anggapan seperti ini tentu saja tidak dapat dikatakan benar seratus persen. Karena masih banyak hadits lain yang menunjukkan bahwa akhir zaman ditandai dengan kehadiran Dajjal, Nabi Isa, Imam Mahdi, Ya'juj dan Ma'juj dan lain-lain. Semuanya itu belum terjadi. Belum lagi Rasulullah SAW pernah bersabda:" Kemudian akan datang lagi masa kekhilafahan yang ditegakkan atas dasar-dasar kenabian ketika Allah berkehendak untuk mendatangkannya " (HR. Ahmad). Dan masa kekhilafahan kedua ini juga belum terwujud. Bagaimana bisa bahwa zaman sekarang ini adalah rusak-rusaknya zaman, sementara ciri-ciri akhir zaman belum terwujud.

Anggapan yang keliru seperti ini menyebabkan manusia mengambil sikap yang tidak tepat pula; di antaranya adalah dengan mengasingkan diri dari masyarakat ramai dan hanya asyik dengan dirinya-sendiri.


SIKAP DIRI

Sebenarnya, ada potensi dasar pada diri seseorang yang menyebabkan masyarakat mudah menerima kehadirannya. Beberapa karakteristik dasar tersebut antara lain:

- Penduduk asli lebih diterima daripada pendatang
- Orang tua lebih diterima daripada anak muda
- Keturunan tokoh lebih diterima daripada keturunan orang biasa
- Orang kaya lebih diterima daripada orang miskin
- Orang yang suka memberi lebih diterima daripada orang yang pelit
- Orang yang suka menolong lebih diterima daripada orang yang berat untuk menolong
- Orang yang pandai bergaul lebih diterima daripada tidak suka bergaul

Potensi dasar ini harus senantiasa diupayakan supaya da'wah kepada masyarakat mengalami percepatan yang signifikan. Proses percepatan dapat melalui pernikahan, pelatihan, pendistribusian dana dan lain-lain.

Selain potensi dasar pada diri seseorang, terdapat pula sikap diri yang harus dimunculkan dalam diri seseorang ketika bergaul dengan masyarakat. Sikap diri inilah yang menyebabkan masyarakat lebih mudah menerima kehadiran kita, tidak mempunyai alasan untuk memusuhi serta menyambut da'wah kita atas ijin Allah Ta�ala.

1. Empati sebagai sikap dasar pergaulan

Sikap dasar pergaulan yang ideal adalah empati. Yang dimaksud dengan empati adalah:

a. Memandang manusia dengan kacamata kasih-sayang

Allah Ta�ala mengutus Rasulullah SAW sebagai rahmah (kasih-sayang) bagi seluruh penghuni bumi. Firman-Nya:"Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam" (Al Abiyaa� [21]: 107). Tentua saja kacamata rahmah (kasih-sayang) bersifat universal, yaitu ditujukan kepada seluruh ummat di dunia. Baik yang Muslim atau Non Muslim, bahkan untuk manusia atau binatang, tumbuhan dan benda-benda lain di dunia. Tetapi dalam pembahasan kita kali ini, rahmat itu ditujukan kepada seluruh ummat manusia.

Inilah yang diajarkan Rasulullah SAW kepada Abdurrahman Bin 'Auf ketika dia meminta kepada Rasulullah SAW untuk membalas celaan orang-orang kafir Quraisy. Rasulullah SAW bersabda:"Sesungguhnya aku ini diutus bukan untuk menjadi tukang laknat (tukang cela), tetapi untuk memberikan rahmah (kasih-sayang)" (Tafsir Inu Katsir).

Demikian pula, ketika Rasulullah SAW dilempari batu oleh penduduk Thaif yang membawa kesedihan sangat mendalam di hati beliau. Maka beliau berdo'a:"Ya Allah, ampunilah mereka. Karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tidak mengetahui" (HR. Bukhary dan Muslim).

Begitulah ketika kita berinteraksi dengan masyarakat, kita harus memandang mereka dengan kacamata kasih-sayang, bukan kebencian dan kemarahan. Rasulullah Saw mengingatkan:"Jauhkan dirimu dari sangka-sangka, karena sangka-sangka itu sedusta-dusta berita. Dan jangan meraba-raba dan jangan menyelidiki kesalahan orang " (HR. Muslim).

Segala bentuk perilaku masyarakat, baik yang menyenangkan atau menjengkelkan hati kita, kita sikapi dengan tatapan kasih-sayang. Bukan balas-dendam, kemarahan dan kebencian. Sambil kita berdo'a di hadapan Allah Ta'ala:" Ya Allah, ampunilah mereka. Karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tidak mengetahui"

b. Ikut merasakan alunan perasaan orang lain

Rasulullah SAW mengajarkan kepada seorang Muslim untuk menghargai perasaan orang lain. Perasaan senang, sedih, gembira, kecewa, susah dan lain-lain. Bnetuk penghargaan perasaan kepada orang lain adalah dengan ikut serta merasakan perasaan orang lain. Jika orang lain sedih, kita ikut menampakkan ekspresi kesedihan. Jika orang lain bergembira, maka kita juga semestinya menampakkan ekspresi kegembiraan. Begitu pula dengan perasaan-perasaan yang lain.

Rasulullah SAW bersabda:"Jangan menunjukkan kegembiraanmu dalam kesusahan saudaramu, maka Allah akan menyembuhkan (menyelamatkannya) dan membalas ujian padamu" (HR. At Tirmidzi; Riyadhush Shalihin II, 450).

Tentu saja, sikap ini bukan bertujuan untuk memperparah keadaan. Misalkan seseorang yang bersedih menjadi sedih berkepanjangan, atau seseorang yang bahagia melampiaskannya dengan hura-hura berlebihan. Tetapi sikap ini bertujuan untuk melegakan perasaan seseorang, terutama yang tengah dirundung derita. Karena dalam kesedihannya, masih ada orang lain yang menanggapi dan memberi perhatian kepadanya. Dalam suasana seperti itulah, nasihat yang baik akan lebih menghujam di dalam qalbu.

c. Perhatian

Perhatian adalah sebuah bentuk pencurahan pikiran dan perasaan seseorang untuk kebaikan orang lain. Lawan perhatian adalah cuek dan tidak mau tahu persoalan orang lain. Orang seperti ini, cuek dan tak mau tahu, biasanya cenderung egois atau hanya asyik dengan dirinya sendiri. Terserah saja apa yang terjadi pada orang lain, asalkan tidak menimpa diri saya.

Bentuk perhatian ini tentu saja bukan bertujuan untuk mengorak aib orang lain. Tetapi perhatian adalah lebih bertumpu kepada komitmen seseorang untuk ikut membantu orang lain bergembira dan berbahagia.

d. Basa-basi

Basa-basi yang dimaksud di sini bukan berarti basa-basi tanpa arti. Tetapi basa-basi yang dapat melunturkan rasa dengki dan kemarahan seseorang kepada kita. Selain itu, basa-basi ini memang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Sabdanya:"Janganlah kalian meremehkan sedikitpun kebaikan, meskipun hanya dengan wajah manis ketika bertemu dengan saudaramu" (HR. Muslim).

Di antara bentuk basa-basi itu adalah:

i. Salam

Ucapan salam kelihatannya terkesan hanya sebuah basa-basi. Tetapi sebenarnya, setiap manusia sangat suka menerima salam dari orang lain; karena merasa mendapat perhatian. Rasulullah SAW bersabda:"Demi Dia yang nyawaku berada di tangan-Nya. Kalian tidak akan masuk surga, sampai kalian beriman. Dan kalian tidak akan beriman, sampai kalian saling berkasih-sayang. Maukah kalian saya tunjukkan suatu perbuatan jika kalian lakukan akan tumbuh rasa kasih-sayang di antara kalian? Sebarkanlah salam di antara kalian" (HR. Muslim).

ii. Wajah Manis

Wajah ceria dengan senyum yang tulus merupakan bantuan moril kepada orang lain untuk turut berbahagia menghadapi hari ini. Karena dengan keceriaan wajah dan senyuman kita, seseorang akan terhipnotis ikut bergembira. Untuk itulah Rasulullah SAW berpesan:"Janganlah kalian meremehkan sedikitpun perbuatan yang ma'ruf meskipun hanya dengan berwajah manis ketika bertemu dengan saudaramu" (HR. Muslim).

iii. Jabat-tangan

Jabat-tangan yang ikhlas akan melebur rasa dendam dalam hati dan menggantikannya dengan rasa sayang serta saling memaafkan. Jabat-tangan juga mampu menumbuhkan rasa akrab serta mencairkan ketegangan suasana. Rasulullah SAW bersabda:"Tidaklah dua orang Muslim yang bertemu kemudian berjabat-tangan, kecuali Allah mengampuni dosa di antara keduanya sampai keduanya berpisah" (HR. Abu Dawud).

iv. Memanggil dengan nama yang disukai

Jika kita kenal nama seseorang, kemudian memanggil dengan namanya, maka keakraban akan dengan cepat mudah terjalin. Terlebih lagi, bila kita tahu nama kesukaan seseorang atau nama kebanggaannya, dan kita panggil orang tersebut dengan nama-nama itu; maka perasaan in group akan cepat tumbuh. Yaitu perasaan tidak terpisahkan antara kita dengan dirinya.

Allah Ta�ala berfirman:" dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk " (Al hujuraat [49]: 11).

v. Memberi hadiah

Hadiah dapat memupus rasa permusuhan dan menggantinya dengan cinta. Rasulullah Saw bersabda:"Saling bertukar hadiahlah sehingga kalian saling berkasih-sayang" (HR. Muslim).


2. Teladan sebagai contoh praktis kehidupan

Masyarakat sangat tidak menyukai teori dan konsep yang muluk-muluk dan melangit; terutama sekali masyarakat awam. Tetapi masyarakat lebih membutuhkan contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari yang praktis dan aplikatif. Karena itu, teladan merupakan bahasa yang tepat untuk berbicara kepada masyarakat. Pepatah Arab mengatakan:�Bahasa teladan lebih fasih daripada bahasa lisan�.

Misalnya, dalam masalah ibadah; sebelum kita mengajak masyarakat menegakkan shalat, maka harus dimulai dari diri kita untuk senantiasa menegakkan shalat. Kita mencontohkan rapi dan bersih dalam penampilan, pakaian dan rumah tinggal serta kendaraan. Kita mencontohkan senantiasa memulai berbuat baik kepada tetangga dengan menyapa, silaturahmi, memberi hadiah dan yang sejenisnya.

Allah Ta'ala mengecam manusia yang hanya mau berbicara, tetapi tidak berupaya untuk menerapkan ucapannya sendiri dalam praktek amal keseharian. Firman-Nya:"Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakn apa yang tidak kamu perbuat" Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan� (Ash Shaff [61]: 2-3).

Rasulullah Saw berpesan:"Mulailah dari dirimu sendiri!" (HR. An Nasaa�i).


3. Memberi manfaat

Hendaklah kita tidak sekedar mencari keuntungan material dalam berhubungan dengan masyarakat. Segala sesuatu hanya diukur untung-rugi secara ekonomi.

Bila kita berperilaku seperti itu, maka masyarakat akan sulit meraba keikhlasan hati kita dalam bekerja atau dalam berhubungan dengan mereka. Sehingga mereka berhati-hati dalam berhubungan dengan kita, atau bahkan menghindari. Mereka takut menjadi korban materi dalam berhubungan dengan kita.

Sudah semestinya, apabila kita justru berusaha banyak memberi manfaat kepada masyarakat, tanpa terbesit dalam diri kita untuk mendapat ganti; kecuali hanya keridhaan Allah semata. Demikian itulah yang diajarkan Rasulullah SAW dalam hidup bermasyarakat.

Sebelum Muhammad menjadi Nabi, Khadijah RA menceritakan pribadi beliau:�


4. Teguh pendirian

Banyak sekali perilaku masyarakat yang belum sesuai dengan nilai-nilai Islam. Bahkan seringkali perilaku itu telah mengakar dan membudaya dalam sebuah masyarakat. Misalnya sesaji ke kuburan, sesaji setelah bersih desa, minuman keras saat ada hajatan dan lain-lain.

Tentu saja, kita dilarang untuk ikut-ikutan acara haram tersebut dengan alasan untuk bermasyarakat. Bila kita mempunyai kekuasaan di masyarakat, menjadi perangkat desa misalnya; maka kita dapat mengurangi sedikit demi sedkit tradisi tersebut melalui jalur-jalur kekuasaan. Bika kita berani mengingatkan secara lisan kepada mereka, maka dapat menegurnya. Tetapi, apabila kita tidak mampu melakukan keduanya, cukuplah kita memiliki pendirian yang kuat untuk tidak mengikutinya.

Rasulullah SAW bersabda:"Janganlah kalian menjadi orang yang imma�ah (tidak punya pendirian) yang hanya berkata:"Saya bersama masyarakat. Bila masyarakat baik, maka saya juga baik. Demikian pula, jika masyarakat buruk, saya juga buruk". Akan tetapi teguhkan pendirianmu, jika masyarakat berbuat baik, maka berbuat baiklah. Dan jika masyarakat melakukan keburukan, maka tinggalkanlah keburukan mereka" (HR. Muslim).


5. Memaklumi jangan minta dimaklumi

Rasulullah SAW telah menunjuk seluruh Kaum Muslimin sebagai pemimpin dengan sabdanya:� Setiap dari kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung-jawaban terhadap apa yang dipimpinnya� (HR. Bukhary).

Dengan hadits itu, berarti seluruh Kaum Muslimin adalah pemimpin baik dalam skala yang luas, yaitu memimpin masyarakatnya; dalam skala sedang, memimpin rumah-tangganya; atau dalam skala kecil, yaitu memimpin dirinya sendiri.

Mental khusus seorang pemimpin adalah responsible (tanggung-jawab) dan sense of belonging (rasa memiliki). Dengan dua setting mental inilah seorang Muslim harus bekerja menghadapi masyarakatnya, karena dari sini tumbuh sikap berusaha memaklumi orang lain dan tidak malah meminta untuk dimaklumi.

Tingkah-polah masyarakat yang berada di sekiling kita, kita respon dengan sikap maklum. Sehingga kita mampu menghadapi mereka dengan tenang, tidak emosi serta menghilangkan dendam kesumat dalam jiwa. Jika mereka mencela kita, menghina kita, mencibir atau yang sejenisnya; cukuplah kita berdo�a sebagaimana Rasulullah SAW berdo'a untuk penduduk Tha�if:"Ya Allah ampunilah mereka, karena mereka orang yang tidak mengetahui" (HR. Bukhary dan MUSLIM).



INTERAKSI

1. Heterogenitas adalah anugerah Allah

Heterogentitas merupakan anugerah dari Allah Ta'ala, karena Allah telah berfirman:"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal" (Al Hujuraat [49]: 13).

Sehingga heterogenitas bukanlah sebuah perkara yang harus kita sesali, tetapi justru merupakan hal yang harus kita syukuri. Setiap suku memiliki tradisi dan cara masing-masing; bahkan setiap orang memiliki perilaku masing-masing meskipun mereka adalah suadara kembar. Tidak mungkin semua orang itu baik akhlaqnya serta sehat aqalnya, tetapi ada juga yang rusak moralnya serta kacau aqalnya. Tidak semua orang mudah menerima kebenaran, tidak semua orang berani berjuang di jalan Allah, tidak semua orang terhindar dari kriminalitas dan lain-lainnya.

Semua itu merupakan heterogenitas yang ada di muka bumi,yang harus kita sadari sepenuhnya sebagai anugerah Allah Ta'ala. Sehingga kita tidak mudah sempit dada melihat perbedaan-perbedaan yang tumbuh di antara manusia, atau juga kita tidak cepat merasa putus-asa dengan menjalarnya kemaksiatan dalam tubuh masyarakat kita. Semua itu sudah menjadi hukum alam (sunnatullah) yang memang demikianlah keadaannya.

2. Mengenali obyek da'wah dengan terperinci

Kita harus senantiasa berupaya mengenali obyek da�wah kita dengan teliti. Semakin teliti kita menegnali obyek da�wahkita, semakin tepat kita memberikan therapi kepada mereka, serta semakin kecil tingkat kesalahan kita dalam berhadapan dengan mereka.

Setiap masyarakat memiliki potensi beragam serta tingkat sensitifitas yang berbeda. Permasalahan ini harus kita teliti secara mendalam, sehingga kita dapat menumbuhkan potensi mereka, seiring dengan upaya kita untuk mereduksi perilaku mereka yang negatif.

3. Berbicara sesuai budaya setempat

Setiap kaum memiliki karakter dan tradisi yang berbeda-beda. Dari sisi bahasa, misalnya, setiap kaum memiliki kosa-kata yang bervariasi serta dialek yang beragam. Sesama Bahasa Jawa saja memiliki kosa-kata yang bervariasi serta dialek yang beragam. Antara Bahasa Jawa Timur, Tengah atau Barat terjadi berbagai macam perbedaan. Bahkan antara Bahasa Jawa di Jawa Timur sendiri terdapat berbagai ragam perbedaan. Belum lagi antara Bahasa Jawa dengan bahasa daerah lainnya. Tentu saja terjadi banyak perbedaan. Apalagi antara bahasa nasional dengan bahasa asing.

Seorang da'i akan sangat mudah diterima masyarakat apabila mengenali bahasa mereka dan adat komunikasi antar mereka. Penerimaan secara pribadi ini akan berdampak terhadap penerimaan nilai-nilai yang kita tawarkan kepada mereka, yaitu nilai-nilai Islam. Maka berbicaralah dengan bahasa masyarakat setempat.

Allah Ta�ala telah berfirman:�Kami tidak mengutus seorang Rasul-pun melainkan dengan bahasa kaumnya supaya dia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka �� (Ibrahiim [14]: 4).

4. Berbicara sesuai kadar aqal

Kecerdasan setiap orang tentu saja berbeda, demikian pula dengan kecerdasan rata-rata antara masyarakat yang satu dengan masyarakat lainnya. Rasulullah SAW memerintahkan supaya kita berbicara disesuaikan dengan kadar akal masyarakat. Apabila mereka lemah akalnya, maka berbicaralah dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh akal mereka. Sebaliknya, apabila kita berbicara dengan masyarakat yang lebi cerdas, maka kita dapat berdiskusi dengan mereka terhadap berbagai hal.

Rasulullah SAW bersabda:�Kami para Nabi diperintahkan supaya berbicara kepada manusia sesuai dengan kadar akal mereka� (HR. Muslim).

5. Tidak mengumbar janji

Janganlah mudah mengumbar janji kepada masyarakat, karena mereka akan menagih janji kita untuk direalisasikan. Jika kita kemudian memenuhi janji kita, mereka akan menganggap sebagai perkara yang biasa; karena memang janji harus ditepati. Sedangkan bila kita tidak mampu menepati janji, maka masyarakat akan mencemooh kita dan tentu saja kredibilitas kita di hadapan mereka akan jatuh-berantakan.

Lain lagi apabila kita tidak berjanji. Apabila kita tidak melakukannya, masyarakat akan maklum, karena memang kita tidak pernah menjanjikannya. Sebaliknya, jika kita memenuhi sesuatu padahal kita tidak berjanji sebelumnya, masyarakat justru akan salut kepada kita.

Untuk itu, fikirkanlah baik-baik sebelum kita menjanjikan sesuatu kepada masyarakat. Allah Ta�ala juga telah berfirman ketika mencirikan orang yang beriman:�Dan orang-orang yang memelihara amanah-amanah (yang dipikulnya) dan janji-janjinya� (Al Mu�minuun [23]: 8)


MUSYAWARAH

Musyawarah merupakan cara penyelesaian masalah di dalam bermasyarakat. Prinsip-prinsip musyawarah alam Islam telah difirmankan Allah Ta�ala:�Maka disebabkan rahmat Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya� (Ali Imran [3]: 159).

Dari ayat di atas ada beberapa prinsip musyawarah:

1. Lembut hati

Lembut hati merupakan prinsip pertama di dalam bermusyawarah, terutama untuk pemimpin musyawarah, atau orang yang mempunyai mental pemimpin. Rasulullah SAW bersabda:�Setiap kalian adalah pemimpin� (HR. Bukhary), sehingga kita harus memiliki mental pemimpin pula; yaitu lembut hati dalam berhadapan dengan masyarakat. Terutama sekali ketika bermusyawarah.

Lembut hati tidak semakna dengan tidak memegang prinsip, tidak tegas, pesimis atau rendah diri. Tetapi, lembut hati lebih bertumpu kepada menampilkan segala sesuatu dengan halus, seperti menampilkan ketegasan dengan bahasa yang lembut, mempertahankan prinsip dengan kehalusan dan sejenisnya.

2. Kelembutan hati merupakan rahmat Allah

Kesadaran ini sangat penting, yaitu kelembutan hati itu semata-mata merupakan rahmat Allah ta'ala kepada hamba-Nya; bukan karena kepiawaian seseorang dalam menata hatinya. Perasaan ini penting untuk kita tanamkan dalam diri kita karena:
a. Menghindarkan diri dari rasa sombong dan takabur
b. Menghadirkan kelembutan dengan cara yang disyari�atkan Islam
c. Segala hasilnya dapat kita kembalikan kepada Allah

3. Hindarkan sikap keras dan kasar hati
4. Memaafkan
5. Mendoakan ampun
6. Musyawarah

Ada beberapa prinsip musyawarah:
a. Musyawarah merupakan tempat tertinggi mengambil keputusan
b. Tidak ada musyawarah tandingan yang se-level
c. Habis-habisan dalam musyawarah

7. 'Azzam ketika tercapai kesepakatan
8. Tawakkal terhadap keputusan bersama

Demikianlah upaya kita dalam hidup bermasyarakat dan ikut berperan-aktif di dalamnya. Semoga Allah Ta�ala memberi kekuatan kepada kita untuk merealisasikannya. Amiin �
___
Sumber: PKS-Anz

Read More......