Sunday, December 17, 2006

Prestasi Olahraga dan Olimpiade Korupsi, Sebuah Kritik

(posted in thumuhat)


Setelah ribut-ribut soal helipad kebanggaan orang Bogor, video mesum orang golkar, polemic poligami, dan pilkada Aceh yang dimenangi orang-orang GAM, kini perhatian beralih ke Asian Games di Doha, Qatar. Orang Indonesia ada di bawah orang Korea Utara dan Mongolia.

Dalam daftar perolehan medali sampai hari Kamis (14/12), Indonesia berada di urutan ke-21 dengan 2 emas, 2 perak, dan 12 perunggu. Korea Utara (Korut) ada di peringkat 16 (5-8-14), sementara Mongolia di urutan ke-20 (2-5-7).

Walau negara mungil, Korut boleh menyombongkan diri karena sudah menguji coba senjata nuklir. Indonesia bangsa besar yang malas berpikir. baca

Berkat pembinaan ala kadarnya yang terencana, atlet-atlet Korut mampu berbicara di berbagai ajang dunia. Pemimpin Indonesia hanya besar dalam soal wacana, rakyatnya bonék semua, dan sebagian pengurus olahraganya mendekam di penjara.

Penduduk Korut 23 juta jiwa, produk domestik bruto (PDB) 40 miliar dollar AS, dan nyaris tak ada utang luar negeri. GDP Indonesia terendah diasia tenggara,berhutang 977,4 miliar dollar AS, penduduknya seperlima miliar jiwa, dan para pemimpinnya gemar berkunjung ke luar negeri.

Olahragawan Korut terbiasa hidup spartan. Pengurus olahraga Indonesia suka menyunat dana pembinaan sehingga kondisi ekonomi atlet pas-pasan.

Luas Korut 120.000 kilometer persegi atau 1/16 dari wilayah Indonesia yang 1,9 juta kilometer persegi. Mereka menepuk dada karena memenangi Perang Korea, kita bangga menyerbu saudara yang berbeda atribut sekolahan.

Atlet Mongolia hebat di cabang berkuda karena dulu mempunyai Gengis Khan yang menaklukkan sebagian besar wilayah Asia. Indonesia kini dikenal sebagai "orang sakit dari Asia".

Kita juga sudah sering dipecundangi Vietnam, negara yang ibarat anak balita yang baru belajar berjalan. Kita bangsa cepat tua sebelum matang untuk menjadi orangtua.

Untuk mengobati kekecewaan Anda, Jakarta jadi tuan rumah 2010 Corruption Olympic Games, lomba korupsi yang pertama dalam sejarah. PBB, Uni Eropa, dan ASEAN sepakat Jakarta jadi penyelenggara karena reputasi korupsi kita.

Indonesia dinilai cocok jadi tuan rumah karena korupsi di sini sudah jadi budaya. Apalagi harga pemimpinnya dianggap murah dan situasi Jakarta kacau-balau karena setiap orang—mulai dari gubernur sampai gembel—bertindak sesuka hati.

Olimpiade Korupsi diselenggarakan Indonesian Quarter-Jakarta Organising National Group On Corruption Olympic Committee. Kalau disingkat jadi IQ-JONGCOC alias "aikyu jongkok."

Tema olimpiade bersejarah ini "Together We Can". Apakah bisa diterjemahkan menjadi "Semua Bisa Diatur" atau "Bersama Kita Bisa", itu terserah Anda.

Olimpiade mengenal nomor lari, lempar-lontar, dan loncat. Olimpiade korupsi mempertandingkan nomor Buronan Lari, Lempar Kesalahan, dan Kutu Loncat.

Emas Buronan Lari direbut Freeport, emas Lempar Kesalahan digaet yang terlibat "VoucherGate" . Emas Kutu Loncat untuk Lapindo, kasus lumpur panas yang sekarang pembiayaannya ditanggung negara.

Olimpiade mengenal loncat indah, di Olimpiade Korupsi ada pada Kasus Blok Cepu. Sekali datang menteri luar negri AS, Rise, ke Indonesia, loncatlah segera kepemilikian cepu dari rakyat kepada Exxon mobil USA.

Di olimpiade diperlombakan banyak nomor bela diri. Di Olimpiade Korupsi emas nomor Bela Diri diperoleh Mantan Menteri Kelautan direbut Indonesia, dengan beramai-ramai para anggota DPR dan para politisi menjadi penjamin Rahmin Duari.

Indonesia menyapu bersih emas dua cabang unggulan cabang bola, yakni Sepak Rakyat dan Pingpong Birokrasi. Tim Sepak Rakyat terdiri dari para pejabat daerah yang menggusur perumahan, termasuk sutiyoso yang menggusur pedagang tanah abang, sedangkan tim Pingpong Birokrasi diperkuat lurah, camat, sampai bupati dan para birokrat lainnya.

Pendek kata, Indonesia diprediksi menjadi juara umum karena merebut semua medali emas. Bangga rasanya melihat Merah Putih berkibar dan Indonesia Raya berkumandang di berbagai arena.

Merdeka! Ah, belum.

No comments: