Saturday, October 14, 2006

Sampai Jumpa Jakarta

(posted in sastra islam)

"Ya Allah!!" pekik Rani bingung ketika dari langit turun hujan batu dari yang sebesar semangka montok sampai yang sebesar drum minyak tanah warungnya pakde Joko.
"Innalillah, ampuni hamba-Mu ini ya Rabb."doanya khusu'. Sebisa mungkin ia memperbanyak kalimat tahlil berharap agar akhir hidupnya termasuk dalam husnul khotimah. Air mata merembes. Takut, harap, cemas. Surgakah atau neraka nanti.

Kemungkinan untuk selamat amatlah kecil. Dengan degup yang tersisa dan nafas seadanya, ia larikan kaki ke tempat aman. Depan, belakang, kanan, kiri, mayat-mayat bergelimpangan sudah. Arggh!! menakutkan. Baru hendak menggapai pintu sebuah gedung, kepalanya terhantam batu yang masya Allah ngga ketulungan besarnya.

"Allah, Allah, Allah...naudzubillah sakitnya minta ampun deh"
"Asyhadu anlaa ilaaha illallah, wa asyhadu anna muhammadan rasulullah..."lirihnya lemah
Kini tinggal menunggu nyawa benar-benar lepas dari badan. Tak mungkin ia bisa melepaskan diri dari jepitan batu nyasar itu. baca

*****
"Mbak...Mbak..."sebuah suara mengagetkan Rani
"Billingnya kok ngga bisa di start yah?"tanya seorang anak muda
"Hahh??!!! oh, iya. Maaf saya ketiduran"jawabnya malu-malu
Sambil berjalan ke ruang online ia meraba kepalanya. Utuh. Tak ada cedera. Alhamdulillah ya Allah...ternyata tadi hanya mimpi.

Di meja operator, detak kengerian masih tersisa. Keringat dingin menguap di dahi. Mimpi tadi benar-benar olahraga tidur. Capek banget. Beberapa bulan ini aktifitas mengepung jam kosongnya. Pagi, siang, sore, malam, nyaris terisi. Mengajar TKA sekaligus merangkap operator warnet benar-benar menyita waktu. Hanya kadang-kadang saja bisa santai seharian dirumah. Mungkin akibat kelelahan yang terasa menumpuk di tubuhnya, jadi mimpi ketiban batu segede drum itu terjadi.

"Komputer ini bisa pake CD ngga mbak?" tanya seorang user
"Ngga bisa tuh bu" jawab Rani sopan
"Hanya server yang bisa. Kalau mau, nanti data di CDnya di transfer dari komputer server ke komputer yang ibu mau pakai"jelasnya.
"Yah, boleh deh." kata si Ibu.

Begitu data terbuka, dan siap di share. Wajah Rani terlihat menyesal. Data di CD itu bukan tugas yang harus segera diselesaikan, bukan pula data penting yang harus segera dikirimkan, sebagaimana yang ia kira. Ternyata isinya adalah semacam software judi. Tahu begini tentunya dia tak akan bilang bisa mentransfer CD. Cukup bilang "saya karyawan baru" user bisa maklum kalau ia belum bisa apa-apa di warnet.

Sejak minggu lalu, sudah ada empat orang yang memasukkan software judi ke warnet tempat ia kerja. Kalau sudah main, bisa puluhan ribu uang meraka melayang ke laci warnet. Aduh biyung....ingin rasanya minggat dari tempat ini. Ngeri membayangkan arah-arah larinya uang haram itu. Jangan-jangan sudah ada yang masuk ke tubuhnya. Oh, Rani bergidik demi membayangkannya.

"Kerja di warnet itu bagai penjual pisau, kalau dipakai untuk kebaikan, kita dapat berkahnya. Tapi kalau dipakai untuk membunuh orang, kita jua kebagian dosanya."ujar teman chat Rani beberapa waktu lalu. Entahlah, Rani memang mulai bimbang semenjak ia tahu hal yang dilakukan sebagian besar user warnet itu.

*****

Suara cekikikan dua orang pemuda sangat mengganggunya pagi ini. Karena penasaran, ia miringkan kepalanya ke kiri empat puluh lima derajat, dan...HAH!! ternyata pemuda itu lagi buka situs porno. Haduuhh, makin miris aja dia kerja di warnet. Kemudian disetelnya download-an murattal keras-keras. Pemuda yang di ledek bukannya tahu diri, malah makin mengeraskan suara tawanya. Benar-benar membuat Rani muak. Oalah...pemuda itu ternyata bukan muslim. Weleh, mau di bacain Yasin tiga kali juga ngga bakal ngerti-gubrak.Begitulah, banyak kesan yang ia dapat selama kerja di warnet ini. Banyak pelajaran yang diambil dari sini.

*****

Kerikil-kerikil keraguan semakin bermunculan dihati Rani. Mengganggu jalan pikirnya yang biasanya tenang. Sebelum kerja di warnet itu, pernah beberapa kali ia menyebarkan surat lamaran, beberapa pula meminta panggilan. Namun sayang, jilbab lebarnya selalu jadi alasan pihak perusahaan menolak keberadaannya. Lepas atau tidak diterima. Hanya itu.

"Boleh kamu pakai jilbab dari rumah, tapi kalau kerja harus dilepas yah."kata seorang dokter gigi terngiang di kepalanya. Wew...sama aja bo'ong dong Bu, gimana sih!.

Galau hati Rani semakin menjadi, ketika hendak ke WC ia memergoki sepasang muda-mudi sedang-ngapain yah??-saling peluk. Kontan langsung tertunduk kepalanya.

-Internet? gratis, -ngetik? gratis, -print? tinggal beli tinta, sungguh semua fasilitas di tempat kerjanya ini memberi nilai plus untuk kegiatan dan tugas-tugas mengajarnya. Tapi, semua beraduk dengan segala keresahannya atas gaji yang ia terima. Halal, haram, halal, haram.

"Ya Allah, berilah hamba jalan rizki yang lebih baik."pintanya pada sang Agung.

Hati memohon kepada-Nya
Berharap limpahan belas kasih Allah
Arahkan kaki ini menapak jalan
Pintaku Agar dekat selalu dengan-Mu.

Rabbi, jagalah aku dalam rengkuhan kasih-Mu
Yakinkan semua terjamin dengan rahmat-Mu
Rizkiku, hanya untukku
Jangan lagi aku khawatirkan itu.

*****
Suara sms menyadarkan Rani dari perenungannya. segera ia menoleh dan meraih Siemens M55 pemeberian kakak iparnya.
"ada lowongan di pabrik triplek. gimana? kamu jadi ke kalimantan sama bulek Tun? bulan lalu mbak kamu tanyakan lowongan. katanya kamu mau ke kalimantan sama bulek ya? di tunggu lo Ran"
Baru saja selesai baca sms dari bibinya, sms dari mas Andy-tetangga ruko sebelah warnet-sampai."Ran, warnet kemalingan. Semua digarap habis. kesini ya.
"Innalillahi. Semakin mantaplah Rani mengukir tekad pergi ke rumah bibinya di Kalimantan. Sampai jumpa Jakarta.

2 comments:

Unknown said...

pabrik triplek a.k.a plywood a.k.a pabrik kayu? kan udah pada kolaps tuh gara-gara kehabisan bahan baku, mungkin baru beberapa tahun kedepan baru bisa operasional lagi.. hayo..gimana kalo rani kerja di pabrik triplek yang jadi salah satu penyumbang bencana banjir di kalimantan?

sometimes you cant see the world in black and white..sometimes you're trapped in this grey area..

Salam Keadilan said...

makasih mas bejo en bu nurul. wee bu, rani ke kalimantan tuh mau benerin perusahaan, biar ngga 'nakal' lagi. tunggu aja lanjutan cerpennya;)).