(posted in sekilas info )
Jakarta - Sekitar 17 partai politik (parpol) akan mengeroyok Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam Pilkada DKI Jakarta. Entah mengapa mereka bisa bersatu dalam koalisi. Tapi, menurut PDIP, koalisi dibentuk karena berhadapan dengan musuh ideologis.
"Kita berhadapan dengan musuh ideologis. Bagi kami, Presiden SBY adalah musuh politik. Tapi ada yang lebih dari itu, yaiut musuh ideologis. " kata Ketua Balitbang DPD PDIP DKI Jakarta, Budi Aris Setiadi, kepada wartawan di kantor DPD PDIP DKI, Jalan Tebet Raya 46, Jakarta Selatan, Kamis (15/3/2007)
Budi Aris tidak menyebut siapa yang dimaksud musuh ideologis itu. Namun sebenarnya arahnya bisa ditebak. Apalagi dalam Pilkada DKI, hanya ada dua pihak yang saling berhadapan, yaitu Koalisi Bersama melawan PKS. baca
Dengan alasan itulah PDIP memilih Foke dan bergabung dengan partai - partai lain pendukung Foke. "Kami berkoalisi dengan partai - partai lain yang jelas mempertahankan NKRI. Karena kami melihat ada ancaman ideologis yang mengancam keutuhan NKRI." ujar dia.
Menurut dia, PDIP akan tetap mempertahankan aspek pluralisme dan Bhineka Tunggal Ika. "Yang dihadapi oleh kita bersama saat ini adalah terancamnya pluralisme dan Kebhinekatunggalikaan itu. Ini adalah koalisi Jakarta atau koalisi besar untuk mempertahankan pluralisme, NKRI, dan kebhinekaan." kata dia
Budi Aris juga menyebutkan koalisi yang diikuti PDIP ini merupakan koalisi nasionalis. "Jadi ini adalah Koalisi Nasionalisme versus Sekarianisme. Dengan adanya koalisi ini, semakin jelas siapa yang eksklusif, siapa yang inklusif." kata dia.
Disisi lain, keputusan DPP PDIP ini memancing kekecewaan kader - kader partai moncong putih ini. Pimpinan Anak Cabang (PAC) PDIP se- DKI Jakarta menyerukan anggotanya untuk mengibarkan bendera PDIP setengah tiang.
"Kami akan kibarkan bendera PDIP setengah tiang sebagai tanda matinya demokrasi."kata Koordinator PDIP se-Jakarta Utara yang membawahi 6 PAC, Irwan Gading dalam aksinya di Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat, Rabu (14/3/2007).
Dia mengatakan, ditetapkannya Foke sebagai cagub dari partainya menandakan ketidakpedulian elit - elit partainya terhadap aspirasi arus bawah. Sejak awal sebenarnya Foke juga tidak diperhitungkan.
Alasannya selama ini, Foke yang masih menjabat wagub DKI tersebut tidak pernah menunjukkan komitmen terhadap PDIP yang telah mengusungnya bersama Sutiyoso sebagai pemimpin DKI. "Dia tidak pernah menunjukkan komitmen apa pun terhadap partai. Bahkan janji dia memerahkan DKI saat pilpres lalu gagal." cetus Irwan.
"Di TPS tempat dia tinggal pun, suara Mega cuma 31." ketus Irwan.
Hal yang sama juga di ungkapkan Wakil Ketua PAC Ciracas, Pardi Arifin. Dia mengatakan pencalonan Foke di PDIP tidak melalui mekanisme partai. "Ia bahkan paling akhir, tidak pernah kampanye ke bawah, tiba - tiba terpilih. Ada apa dengan PDIP." kesalnya.Sumber : detikcom
"Kita berhadapan dengan musuh ideologis. Bagi kami, Presiden SBY adalah musuh politik. Tapi ada yang lebih dari itu, yaiut musuh ideologis. " kata Ketua Balitbang DPD PDIP DKI Jakarta, Budi Aris Setiadi, kepada wartawan di kantor DPD PDIP DKI, Jalan Tebet Raya 46, Jakarta Selatan, Kamis (15/3/2007)
Budi Aris tidak menyebut siapa yang dimaksud musuh ideologis itu. Namun sebenarnya arahnya bisa ditebak. Apalagi dalam Pilkada DKI, hanya ada dua pihak yang saling berhadapan, yaitu Koalisi Bersama melawan PKS. baca
Dengan alasan itulah PDIP memilih Foke dan bergabung dengan partai - partai lain pendukung Foke. "Kami berkoalisi dengan partai - partai lain yang jelas mempertahankan NKRI. Karena kami melihat ada ancaman ideologis yang mengancam keutuhan NKRI." ujar dia.
Menurut dia, PDIP akan tetap mempertahankan aspek pluralisme dan Bhineka Tunggal Ika. "Yang dihadapi oleh kita bersama saat ini adalah terancamnya pluralisme dan Kebhinekatunggalikaan itu. Ini adalah koalisi Jakarta atau koalisi besar untuk mempertahankan pluralisme, NKRI, dan kebhinekaan." kata dia
Budi Aris juga menyebutkan koalisi yang diikuti PDIP ini merupakan koalisi nasionalis. "Jadi ini adalah Koalisi Nasionalisme versus Sekarianisme. Dengan adanya koalisi ini, semakin jelas siapa yang eksklusif, siapa yang inklusif." kata dia.
Disisi lain, keputusan DPP PDIP ini memancing kekecewaan kader - kader partai moncong putih ini. Pimpinan Anak Cabang (PAC) PDIP se- DKI Jakarta menyerukan anggotanya untuk mengibarkan bendera PDIP setengah tiang.
"Kami akan kibarkan bendera PDIP setengah tiang sebagai tanda matinya demokrasi."kata Koordinator PDIP se-Jakarta Utara yang membawahi 6 PAC, Irwan Gading dalam aksinya di Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat, Rabu (14/3/2007).
Dia mengatakan, ditetapkannya Foke sebagai cagub dari partainya menandakan ketidakpedulian elit - elit partainya terhadap aspirasi arus bawah. Sejak awal sebenarnya Foke juga tidak diperhitungkan.
Alasannya selama ini, Foke yang masih menjabat wagub DKI tersebut tidak pernah menunjukkan komitmen terhadap PDIP yang telah mengusungnya bersama Sutiyoso sebagai pemimpin DKI. "Dia tidak pernah menunjukkan komitmen apa pun terhadap partai. Bahkan janji dia memerahkan DKI saat pilpres lalu gagal." cetus Irwan.
"Di TPS tempat dia tinggal pun, suara Mega cuma 31." ketus Irwan.
Hal yang sama juga di ungkapkan Wakil Ketua PAC Ciracas, Pardi Arifin. Dia mengatakan pencalonan Foke di PDIP tidak melalui mekanisme partai. "Ia bahkan paling akhir, tidak pernah kampanye ke bawah, tiba - tiba terpilih. Ada apa dengan PDIP." kesalnya.Sumber : detikcom
No comments:
Post a Comment